Kepala Kamar Dagang Arab Saudi Ajlan al-Ajlan menyerukan pemboikotan semua produk dari Turki, mulai dari perdagangan, investasi, hingga pariwisata. Seruan boikot merupakan buntut opini Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terhadap negara-negara di Teluk Arab.
"Memboikot semua orang Turki, baik pada tingkat impor, investasi atau pariwisata, adalah tanggung jawab setiap orang Saudi, pedagang dan konsumen, sebagai tanggapan atas permusuhan berkelanjutan dari pemerintah Turki terhadap kepemimpinan kami, negara kami dan warga negara kami," kata al-Ajlan di Twitter seperti dilansir dari Al Arabiya, Rabu (7/10).
Sebelumnya, Erdogan mengatakan beberapa negara di Teluk Arab menargetkan Turki dan membuat kebijakan yang membuat kawasan itu tidak stabil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Online Shop Hapus Lapak Jualan Gedung DPR |
"Tidak boleh dilupakan negara-negara tersebut tidak ada kemarin, dan mungkin tidak akan ada besok, namun, kami akan terus mengibarkan bendera kami di wilayah ini selamanya, dengan izin Allah," kata Erdogan.
Bila benar direalisasikan, maka seruan itu akan mempengaruhi kondisi kerja sama ekonomi kedua negara, khususnya ekspor produk Turki. Saat ini pun, nilai ekspor Turki tengah melemah ke Arab Saudi.
Berdasarkan data Trading Economics, tercatat nilai ekspor Turki ke Arab Saudi sebesar US$198,77 juta atau setara Rp2,92 triliun (kurs Rp14.700 per dolar AS) pada Agustus 2020. Jumlah itu menurun sekitar 22,76 persen dari US$257,35 juta atau sekitar Rp3,78 triliun pada Juli 2020.
Beberapa produk yang biasa diekspor ke Arab Saudi adalah karpet, produk olahan minyak, perlengkapan elektronik, perlengkapan konstruksi berbahan panas, hingga furnitur.
Selain memengaruhi kinerja ekspor produk-produk Turki, boikot dari Arab Saudi berpotensi menurunkan nilai investasi. Padahal, Arab Saudi merupakan salah satu negara asal investasi bagi Turki dalam kelompok negara-negara Teluk.
Berdasarkan laman resmi Presidency of The Republic of Turkey Investment Office tercatat nilai investasi asing yang masuk ke Turki mencapai US$209 miliar pada 2003-2018.
"Mayoritas aliran masuk FDI (investasi asing) ke Turki berasal dari Eropa, Amerika Utara, dan negara-negara Teluk selama 16 tahun terakhir," tulis keterangan resmi Presidency of The Republic of Turkey Investment Office.
Tercatat, investasi terbesar berasal dari Belanda 15,7 persen dari total investasi, Amerika Serikat 7,7 persen, dan negara-negara Teluk 6,8 persen.
Arab Saudi masuk dalam kategori negara-negara Teluk, namun tidak ada rincian khusus mengenai aliran investasi dari Arab Saudi ke Turki.
Di sisi lain, boikot Arab juga akan berlaku bagi lalu lintas warga negara mereka, meski Arab bukan penyumbang turis terbesar bagi Turki. Pada 2019, turis dari Arab hanya berkisar 564 ribu orang atau turun dari tahun sebelumnya 747 ribu orang.