Presiden AS Donald Trump menolak menyetujui usulan stimulus tambahan di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi covid-19. Hal itu makin memastikan pemulihan ekonomi AS bakal lebih lama dan menyakitkan, terutama setelah ekonomi negeri Paman Sam 'didiagnosis' resesi pada kuartal II lalu.
"Saya telah menginstruksikan perwakilan saya untuk berhenti bernegosiasi sampai pemilihan. Setelah saya menang, kami akan mengesahkan RUU stimulus utama yang fokus pada pekerja Amerika dan usaha kecil," ujarnya, dilansir CNN Business, Rabu (7/10).
Pernyataan Trump tersebut sontak membuat bursa saham Dow Jones merosot 1,3 persen. Sedangkan, indeks S&P jatuh 1,4 persen, dan Nasdaq Composite menurun 1,6 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gubernur The Fed Jerome Powell memperingatkan risiko dari kebijakan Trump akan mengakibatkan pemulihan yang lemah, menciptakan kesulitan bagi rumah tangga dan bisnis.
"Seiring berjalannya waktu, kebangkrutan bisnis akan meningkat, merusak kapasitas produktif ekonomi, dan menghambat pertumbuhan upah. Risiko belanja berlebihan lebih sedikit ketimbang tidak ada belanja," kata Powell.
Business roundtable, tim lobi yang terdiri dari bos-bos perusahaan papan atas, menyebutkan bahwa kalangan pengusaha sangat terganggu dengan disetopnya negosiasi secara tiba-tiba.
"Komunitas di seluruh negeri berada di tebing dan kami menghadapi ancaman kerusakan yang tidak dapat diperbaiki," imbuh perwakilan business roundtable.
Sekadar mengingatkan, pekan lalu, maskapai penerbangan terkemuka AS bilang akan memangkas puluhan ribu pekerjaan apabila bantuan dari pemerintah urung diberikan.
Direktur Program dan Kebijakan di Pusat GeoEconomics Josh Lipsky menyebutkan kegagalan negosiasi antara pemerintah dengan kalangan usaha menempatkan ekonomi AS pada risiko yang lebih besar dari resesi.
"Menjauh dari stimulus dan berharap ekonomi bertahan hingga Desember atau Januari adalah pertarungan bagi ekonomi terbesar di dunia," jelasnya.