Biro Sensus AS menyatakan defisit perdagangan Negeri Paman Sam melebar menjadi lebih dari US$67 miliar atau setara Rp984,9 triliun (kurs Rp14.700) pada Agustus. Itu naik ke level tertinggi dalam 14 tahun terakhir.
Laporan yang disampaikan pada Selasa (6/10) waktu setempat ini menunjukkan bahwa defisit telah meningkat secara cepat dari US$37 miliar pada Februari, sebelum pandemi covid-19 melanda seluruh negeri dan menenggelamkan ekonomi AS.
Para ahli menyebutkan bahwa ini disebabkan oleh perdagangan luar negeri yang terpukul keras oleh upaya penguncian (lockdown), sedangkan ekspor masih belum pulih ke tingkat sebelum pandemi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Gedung DPR Dijual Rp2.500 di Online Shop |
"Perputaran nasib ekonomi dari penurunan tercepat dalam sejarah telah membuat konsumen dan bisnis bergegas untuk membeli lebih banyak barang impor sementara mitra dagang AS membeli lebih sedikit barang kami dan ini telah menyebabkan defisit bulanan meledak mendekati level rekor," kata Kepala Ekonom Keuangan MUFG Chris Rupkey.
Melansir CNN.com, defisit perdagangan AS terakhir yang tercatat lebih tinggi terjadi pada Agustus 2006 silam.
Defisit terus meningkat hampir setiap bulannya sejak penguncian wilayah pada musim semi lalu. Penurunan hanya terjadi pada satu bulan yakni pada Juni.
Tren ini akan membebani pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga, kata Ekonom di Citi dalam catatannya kepada klien.
Model GDPNow Federal Reserve Bank of Atlanta memperkirakan kenaikan sebesar 35,3 persen dalam tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan yang disesuaikan secara musiman.
Meski proyeksinya pemulihan terjadi secara besar-besaran, namun ekonomi masih memiliki jalan panjang untuk kembali ke kondisi sebelum pandemi.
Berdasarkan Moody's Analytics dan indeks CNN's Back-to-Normal, posisi pemulihan AS saat ini berada di angka 80 persen.