Ketua Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Iwan Setiawan Lukminto optimistis kapitalisasi pasar modal Indonesia akan terus tumbuh. Bahkan, ia memperkirakan dapat mencapai Rp10.000 triliun pada 2025.
Keyakinan itu didorong oleh perbaikan kondisi pasar modal yang berangsur cepat usai terjerembab di awal pandemi covid-19.
Iwan menyebut, misalnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sempat terjun ke 3.937 pada Maret 2020 kini sudah kembali ke level 5.000.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum lagi, investor pasar modal juga terus tumbuh dan diramal akan mencapai 3,5 juta pada akhir 2020. Per akhir September 2020 saja, jumlah investor pasar modal naik 31,9 persen secara year to date (ytd) menjadi 3,23 juta investor.
"Perbaikan ini tak lepas dari berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk terus menstimulus ekonomi dalam negeri dan upaya Presiden yang disampaikan saat membuka bursa saham perdana tahun 2020 tanggal 2 Januari lalu untuk selalu mengutamakan good corporate governance," ujarnya saat membuka webinar "Outlook 2021: The Year of Opportunity", Rabu (21/10).
Lebih Ianjut, Iwan menuturkan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) cukup memberi dampak dan tekanan terhadap beberapa sektor usaha. Kendati demikian, langkah itu menurutnya harus diambil agar dapat memutus rantai penyebaran covid-19.
Ia juga mengapresiasi langkah pemerintah mempercepat pembahasan Undang-Undang Cipta Kerja yang dinilai dapat membangkitkan ekonomi nasional dan membuat Indonesia lebih siap menghadapi bonus demografi yang diperkirakan akan berlangsung hingga 2030.
"Kami percaya bahwa akan semakin banyak ruang pertumbuhan yang bisa di nikmati oleh segala sektor termasuk pasar modal tanah air yang saat ini mempunyai market capital sekitar 6000 triliun dan tidak mustahil market Capital kita akan menjadi Rp10.000 triliun sebelum 2025," tuturnya.