PT Bank BTPN Tbk mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 21 persen hingga kuartal III 2020 jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya (yoy).
Merosotnya laba perusahaan disebabkan oleh kenaikan biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 84 persen menjadi Rp1,95 triliun.
Selain itu, terjadi penurunan pendapatan bunga atau net interest income sebesar 2 persen menjadi Rp7,9 triliun dengan penurunan yield seiring dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan restrukturisasi kredit nasabah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan, biaya operasi BTPN masih terjaga meski mengalami penurunan sebesar 2 persen secara tahunan.
"Covid-19 mempengaruhi kinerja industri perbankan di tahun ini, termasuk BTPN," kata Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana seperti dikutip dari rilis, Senin (26/10).
Terkait portofolio yang terdampak oleh pandemi, Ongki menyebut BTPN telah melakukan restrukturisasi kredit nasabah sebesar Rp11,6 triliun hingga akhir September 2020. Angka tersebut sekitar 7,8 persen dari keseluruhan portofolio kredit konsolidasi.
Sementara, untuk penyaluran kredit, hingga akhir kuartal III 2020, perusahaan mencatatkan penyaluran sebesar Rp148,8 triliun atau meningkat 6 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Angka ini, kata dia, berada di atas rata-rata industri yang dicatat oleh BI pada periode yang sama sebesar 0,12 persen.
Pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh segmen korporasi yang meningkat 21 persen menjadi Rp89,3 triliun pada akhir kuartal III 2020. Pembiayaan segmen korporasi yang merupakan pembiayaan jangka panjang di antaranya untuk proyek ketahanan energi, ketahanan pangan dan infrastruktur
Lebih lanjut, kualitas kredit BTPN dinyatakan masih terjaga, ini tercermin dari kredit macet kotor atau gross NPL yang berada di level 1,10 persen pada akhir September 2020. Angka ini relatif rendah dibandingkan NPL industri perbankan yang pada akhir Agustus 2020 tercatat sebesar 3,22 persen.
Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan kredit, BTPN menghimpun pendanaan sejumlah Rp149,9 triliun sampai dengan akhir bulan September, atau naik 3 persen secara yoy.
Total pendanaan ini berasal dari dana pihak ketiga sejumlah Rp100,8 triliun, pinjaman dari pihak lain sebesar Rp42,6 triliun, serta pinjaman subordinasi senilai Rp6,5 triliun rupiah.
Dengan realisasi penyaluran kredit dan pendanaan tersebut, rasio likuiditas dan pendanaan berada di tingkat sehat, LCR (Liquidity Coverage Ratio) berada di 246,45 persen. Sementara, NSFR (Net Stable Funding Ratio) sebesar 113,13 persen per posisi akhir September 2020.
Lihat juga:Kronologi BCA Digugat Oleh Nasabah Surabaya |
Bank BTPN juga mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 3 persen secara yoy, dari Rp182,2 triliun menjadi Rp186,9 triliun dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) 24,9 persen.
"Kami yakin dengan permodalan yang kuat dan dukungan global dari SMBC, kami akan mampu memberi pelayanan lebih baik kepada jutaan nasabah serta berkontribusi lebih nyata kepada perekonomian nasional," kata Ongki.