Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi laba perbankan anjlok 30 persen-40 persen hingga akhir tahun nanti. Perkiraan ini menyusul realisasi laba sebelum pajak industri perbankan yang merosot hingga 19,8 persen pada kuartal kedua tahun ini.
"Kami perkirakan sampai akhir tahun laba perbankan bisa turun 30 persen-40 persen," ungkap Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam video conference, Rabu (2/9).
Ia mengaku telah berbicara dengan beberapa direktur utama perbankan. Dari pembiaraan itu, memang penurunan laba bank merupakan hal yang tidak bisa dihindari di tengah pandemi virus corona.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pun demikian, Wimboh bilang penurunan laba sebelum pajak industri perbankan pada kuartal II 2020 terbilang wajar. Pasalnya, manajemen banyak melakukan restrukturisasi kredit sehingga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
"Ini wajar karena banyak kredit yang di-restrukturisasi dan mengakibatkan pendapatannya turun," jelasnya.
Penurunan laba bersih ini khususnya terjadi pada bank pelat merah. Salah satunya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI.
Pada semester I 2020, BNI membukukan laba bersih sebesar Rp4,46 triliun. Angka ini anjlok 41,54 persen dibandingkan semester I 2019 sebesar Rp7,63 triliun.
Kemudian, laba bersih PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN turun 40 persen pada paruh pertama tahun ini. Alhasil, perusahaan hanya mengantongi laba bersih sebesar Rp768 miliar dari sebelumnya yang mencapai Rp1,3 triliun.
Hal yang sama juga terjadi pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Perusahaan mencetak laba bersih sekitar Rp10,2 triliun pada semester I 2020, turun 36,88 persen dari periode sebelumnya yang sebesar Rp16,16 triliun.
Kemudian, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk hanya membukukan laba bersih sebesar Rp10,29 triliun pada semester I 2020. Angkanya turun 23,94 persen dari sebelumnya sebesar Rp13,53 triliun.