Berbagai negara di dunia, khususnya negara-negara muslim, melakukan boikot terhadap produk asal Prancis. Itu dilakukan sebagai buntut dari pernyataan Presiden Emmanuel Macron yang dianggap menghina Islam.
Melansir Aljazeera, beberapa asosiasi dagang di beberapa negara Timur Tengah mengumumkan boikot produk-produk Prancis sebagai sikap mereka menentang pernyataan Macron.
Dunia maya juga diramaikan dengan seruan serupa, beberapa tagar seperti #BoycottFrenchProducts dan #NeverTheProphet ramai dicuitkan di beberapa negara seperti Kuwait, Qatar, Palestina, Mesir, Aljazair, Yordania, Arab Saudi, dan Turki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Kuwait, Ketua dan Anggota Dewan Direksi dari Al-Naeem Cooperative Society mengatakan boikot semua produk Prancis dilakukannya dengan mengeluarkan barang dagangan dari rak supermarket.
Di Qatar, perusahaan Wajbah Dairy melalui akun Twitternya mengumumkan boikot produk Prancis dan berjanji untuk memberikan alternatif.
"Kami telah segera menarik produk Prancis dari rak kami hingga pemberitahuan lebih lanjut," kata Al Meera Consumer Goods Company, perusahaan saham gabungan Qatar, mengumumkan di Twitter.
Tak hanya di negara-negara Timur Tengah, Bangladesh pun ikut menyatakan sikap. Puluhan ribu orang di Dhaka turun ke jalan mendesak pemerintah Bangladesh memboikot produk Prancis.
Lihat juga:Syarat Daftar BLT UMKM Tahap II |
Melansir BBC, diperkirakan sekitar 40 ribu orang mengambil bagian dalam aksi yang diorganisir oleh Islami Andolan Bangladesh, salah satu partai Islam terbesar di Bangladesh.
Para pengunjuk rasa meneriakkan "Boikot produk Prancis" dan menyerukan agar Presiden Macron dihukum.
Menanggapi hal tersebut, Kementerian Luar Negeri Prancis telah mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk berhati-hati di negara-negara di mana protes dilakukan seperti Indonesia, Bangladesh, Irak, dan Mauritania.
Dalam pernyataan tersebut, Kemenlu Prancis juga mengkritik seruan untuk boikot dengan mengatakan aksi tersebut mendistorsi posisi yang dipertahankan oleh Prancis demi kebebasan hati nurani, kebebasan berekspresi, kebebasan beragama dan penolakan seruan untuk kebencian.
Aksi juga dinilai mendistorsi komentar Macron tentang Islam untuk tujuan politik.
"Akibatnya, seruan boikot tidak ada gunanya dan harus segera diakhiri, serta semua serangan yang ditujukan terhadap negara kita, yang dilakukan oleh minoritas radikal," ungkap Kemenlu Prancis seperti dikutip dari BBC, Rabu (28/10).
Di dalam negeri, Persaudaraan Alumni (PA) 212 mengecam pernyataan Macron yang dinilai menghina Islam dan Nabi Muhammad.
"Insyaallah kami siap turun ke jalan melakukan aksi ke depan Kedutaan Prancis," kata Wakil Sekretaris Jendral PA 212, Novel Bamukmin kepada CNNIndonesia.com, Senin (26/10).
Merasa Macron membuat umat Islam marah, Novel menyerukan kepada umat Islam di Indonesia memboikot produk-produk berasal dari Prancis yang beredar di Indonesia.
Namun, ia menyatakan bahwa pihaknya tak bisa menghalangi jika ada keinginan umat Islam melakukan sweeping warga negara Prancis yang menetap di RI.
"Untuk saat ini sikap yang paling spontan adalah memboikot produk Prancis dan meminta kepada Dubes Prancis mempunyai sikap tegas," kata Novel.
Macron mengeluarkan pernyataan kontroversial dan dianggap menyinggung umat Islam dengan menyatakan kejahatan terorisme Islam harus ditindak tegas.
Ketua umum Partai La Republique en Marche (LREM) melontarkan pernyataan itu sebagai responsnya terhadap kasus pemenggalan Samuel Paty, guru yang dibunuh setelah menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada para muridnya.
Macron pun langsung mendapat kecaman dari berbagai pihak. Sejumlah negara Timur Tengah bahkan menyerukan boikot produk Prancis sebagai bentuk protes.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga mengecam pernyataan Macron tersebut. MUI pun meminta Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memanggil Duta Besar Prancis untuk Indonesia guna meminta klarifikasi pernyataan Macron.
(wel/agt)