Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengklaim berbagai program bantuan tunai (BLT) pemerintah selama pandemi covid-19 mempercepat inklusi keuangan di masyarakat.
Pasalnya, penyaluran bantuan kebanyakan dilakukan secara transfer langsung baik ke rekening bank maupun dompet elektronik penerima. Ia bilang, secara tidak langsung hal ini 'memaksa' penerima bantuan untuk mengambil bagian dalam inklusi keuangan.
"Bukan hanya P2P, tapi G2P menjadi alat untuk mendorong inklusi keuangan di masyarakat," katanya pada pengesahan Indonesia Fintech Society secara daring, Senin (9/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia bilang e-wallet menjadi pilihan pertama penerima Kartu Prakerja yang sebelumnya belum memiliki rekening bank dan e-wallet. Dari data evaluasi, tercatat 5,29 juta penerima meregistrasikan akun dompet digitalnya untuk menerima bantuan.
Dia membeberkan terdapat 12 persen penerima bantuan Program Prakerja yang sejatinya tidak memilik rekening bank maupun akun e-wallet. Setelah bergabung, 76 persen penerima mendaftarkan dompet digital sebagai rekening penerimanya.
Suahasil yakin, rekening yang awalnya hanya untuk menerima dan menarik uang BLT, perlahan akan berkembang menjadi tempat menabung masyarakat.
Ia berharap ke depannya, rekening tidak akan dianggurkan dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan dari membayar asuransi hingga keanggotaan BPJS Kesehatan maupun Ketenagakerjaan.
DI kesempatan sama, eks deputi gubernur BI periode 2013-2019 Mirza Adityaswara dan mantan menteri komunikasi dan informatika Rudiantara meluncurkan Indonesia Fintech Society (IFSoc).
IFSoc menurut Mirza hadir sebagai tanggapan dari kebutuhan forum inklusif yang menjadi mitra bagi pembuat kebijakan di bidang terkait. Kebutuhan, kata dia, tercermin dari transformasi ekonomi dalam dua tahun terakhir. Dia menilai dari seluruh produk keuangan digital, yang tumbuh paling signifikan ialah industri fintech.
Dia bilang fintech menjadi celah bagi masyarakat yang selama ini tak memiliki akses ke bank (unbank population) untuk mengecap inklusi keuangan.
Dengan hadirnya fintech, ia menyebut indeks inklusi keuangan mengalami peningkatan dari 67 persen pada 2017 menjadi 76 persen pada 2019. Sedangkan untuk literasi keuangan, peningkatan terjadi dari 38 persen pada 2019 dibandingkan 29 persan pada 2017.
Dia menilai fintech merupakan mitra perbankan dalam mewujudkan populasi yang 'melek' inklusi keuangan, karenanya ia berharap fintech tak dinilai sebagai ancaman bagi perbankan. Dia ingin perbankan dan fintech tak bersaing, melainkan berkolaborasi.
"Fintech dapat membantu pemerintah mencapai target inklusi keuangan sebesar 90 persen Insyaallah pada 2024," ungkapnya.