Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan wakaf bisa menjadi salah satu instrumen alternatif untuk membantu pemulihan ekonomi nasional yang terkena dampak covid-19. Menurutnya, potensi wakaf di Indonesia masih besar.
Maklum, mayoritas warga Indonesia merupakan muslim.
"Instrumen ini (wakaf) bisa menjadi alternatif mendukung aktivitas ekonomi sekaligus pendalaman pasar keuangan untuk membantu mempercepat pemulihan ekonomi," ujarnya dalam acara International Forum on Contemporary Fiqh Issues on Islamic Economies and Finance, Selasa (27/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guna menangkap potensi dana wakaf itu, ia menuturkan Indonesia telah menyediakan instrumen Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) baik melalui private placement maupun CWLS ritel. Terakhir, pertengahan bulan lalu Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan telah membuka penawaran CWLS ritel, seri SWR 001.
Proses penawaran terbuka hingga Kamis, 12 November dengan tingkat kupon tetap sebesar 5,5 persen per tahun. Seri sukuk wakaf ritel ini memiliki tenor 2 tahun.
"Wakaf merupakan bidang yang potensi dapat lebih dikembangkan di berbagai negara muslim di dunia karena cakupannya dan kegunaannya yang luas dalam pemberdayaan ekonomi," katanya.
Sebelumnya, Perry pernah mengungkapkan potensi dana wakaf di Indonesia mencapai Rp3.000 triliun. Dana tersebut berasal dari wakaf tunai hingga bangunan yang berstatus wakaf namun belum digunakan.
"Potensinya sampai Rp3.000 triliun, ini termasuk tanah dan gedung yang belum produktif. Sementara cash (dana tunai) dan sekuritas wakaf itu sebagai dana operasional," ungkap Perry.