Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengklaim perusahaan Korea Selatan, LG Chem Ltd, akan menandatangani kerja sama dengan Indonesia pekan ini. Kerja sama itu mencakup pengembangan baterai lithium untuk mobil listrik.
"Minggu ini kalau tidak ada perubahan LG Korea juga akan tanda tangan (kerja sama pengembangan baterai mobil listrik)," katanya Luhut dilansir dari Antara, Selasa (17/11).
Ia menjelaskan kerja sama tersebut menyusul kesepakatan sebelumnya dengan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL). Perusahaan asal China itu juga telah menandatangani kerja sama dengan PT Inalum (Persero) untuk pengembangan baterai lithium untuk kendaraan listrik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Telkomsel Resmi Suntik Gojek Rp2,1 Triliun |
"Jadi, saya sampaikan, kemarin sudah ditandatangan CATL, minggu yang lalu antara CATL dengan Inalum untuk pembuatan lithium battery," ucapnya.
Selain dengan 2 negara itu, ia menuturkan pemerintah juga terus mendekati banyak pihak agar berinvestasi di Indonesia. Termasuk, para pemain besar di bidang industri baterai kendaraan listrik.
"Sekarang kami sedang approach (mendekati) juga dengan yang lain, big player (pemain besar). Kami inginnya kemana saja kami berkawan, apakah dia China, apakah dia Amerika, atau mana," imbuhnya.
Luhut menuturkan Indonesia ingin menjadi pemain kunci dalam industri baterai kendaraan listrik. Alasannya, Tanah Air memiliki cadangan nikel terbanyak di dunia.
Selain itu, Indonesia juga sudah mulai melakukan hilirisasi nikel sehingga diharapkan produksi baterai kendaraan listrik sudah bisa dimulai pada akhir 2023 atau 2024.
Nantinya, lanjut dia, Indonesia akan memproduksi baterai kendaraan listrik NMC 811 atau lithium nickel manganese cobalt oxide yang paling banyak menggunakan bahan baku bijih nikel.
Luhut menyebut dengan upaya tersebut diharapkan Indonesia bisa masuk rantai pasok global kendaraan listrik.
"Kita jangan hanya ekspor raw material (bahan mentah) sehingga kita hanya tergantung pada harga komoditas. Dengan kebijakan seperti ini kita tidak akan bergantung sama itu (harga komoditas)," terang dia.