PT Bio Farma (Persero) mengusulkan impor alat kesehatan (alkes) untuk penanganan pandemi covid-19 dibatasi. Sebaliknya, Bio Farma meminta agar pemerintah maupun rumah sakit (RS) dapat memaksimalkan penggunaan alkes produksi buatan dalam negeri.
"Usulan kami selama kebutuhan dalam negeri itu masih mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri, tentunya impor ini harus dibatasi," ujar Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi IX, Rabu (18/11).
Sebetulnya, lanjut dia, sudah banyak inovasi alkes untuk penanganan covid-19 buatan anak bangsa. Sayangnya, produk-produk tersebut masih kalah bersaing dengan produk impor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karenanya, ia meminta pemerintah memberikan jaminan dalam bentuk kebijakan yang memprioritaskan penggunaan alkes maupun obat buatan Tanah Air.
"Sudah ada sebenarnya peraturan untuk Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), tapi memang industri kita membutuhkan jaminan yang lebih tegas dari pemerintah. Selama produk itu bisa disuplai dari produksi dalam negeri, tentu ada pembatasan impor untuk menjamin profitability atau kelangsungan dari produk dalam negeri," ucapnya.
Persoalan impor alkes maupun obat ini memang kerap kali menjadi polemik. Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya pernah menyinggung keberadaan mafia impor sektor kesehatan.
Ia meminta seluruh pihak terkait untuk membongkar praktik kotor impor sektor kesehatan yang menghalangi pembangunan industri nasional.
"Jangan semuanya ujung-ujungnya duit terus. Akhirnya kita terjebak short term policy (kebijakan jangka pendek) yang didominasi oleh mafia-mafia trader-trader (perdagangan) itu. Kita harus lawan dan Pak Jokowi punya keberpihakan itu," kata Erick beberapa waktu lalu.
Sejalan dengan itu, ia mendorong seluruh pembangunan industri kesehatan nasional. Ia tidak menampik jika upaya pembangunan industri kesehatan dalam negeri bukan hal yang mudah.
Namun, ia meyakini secara perlahan kapasitas industri kesehatan dalam negeri dapat ditingkatkan.