Regulator keuangan China memperingatkan risiko eksposur bank-bank China yang berlebihan ke properti terhadap stabilitas sistem keuangan.
Ketua Komisi Pengaturan Perbankan dan Asuransi China sekaligus Ketua Partai Komunis Bank Rakyat China (PBOC) Guo Shuqing baru-baru ini menulis langkah-langkah harus diambil untuk menghindari gelembung di sektor real estat. Pasalnya, antara 130 krisis keuangan sejak awal abad ke-20, lebih dari 100 kasus terkait dengan pasar properti.
Guo mengatakan kredit properti mencapai 39 persen dari total kredit bank di China. Namun, menurut data kredit properti PBOC, hipotek dan pinjaman kepada pengembang menyumbang 28,8 persen dari total kredit pada akhir September.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menggunakan angka Guo, maka pinjaman properti mewakili sekitar dua pertiga dari produk domestik bruto (PDB) China. Namun, jika menggunakan data dari bank sentral maka angkanya hampir setengah dari PDB.
Tak hanya kredit perbankan, banyak dari obligasi, ekuitas, dan produk investasi China juga terkait dengan pengembangan properti. Ini menandakan jika eksposur sektor keuangan terhadap real estat sangat tinggi.
"Pasar properti sekarang adalah risiko keuangan terbesar di China," katanya Guo dikutip dari South China Morning Post, Rabu (2/12).
Pemerintah China sendiri sebetulnya telah meluncurkan berbagai langkah untuk mengendalikan spekulasi properti, mulai dari membatasi pinjaman hipotek untuk pembeli rumah kedua hingga mendiskualifikasi pembeli non lokal.
Baru-baru ini, pemerintah mencoba untuk meredam investasi properti di Shenzhen di mana investor mengalirkan uang ke flat baru dengan ekspektasi keuntungan instan.
China juga memperbaiki kerentanan finansial, mulai dari raksasa teknologi keuangannya hingga dukungan pada pemberi pinjaman kecil bermasalah sebagai persiapan persaingan ekonomi dan teknologi jangka panjang dengan AS.
"Jika AS meningkatkan pertahanan strategis dan meningkatkan persaingan, itu dapat mengganggu pasar keuangan global," tulis Guo.
Secara umum, Guo mencatat China akan menempatkan semua aktivitas keuangan di bawah pengawasan, menetapkan persyaratan dan peraturan yang ketat pada lembaga keuangan penting, dan mencegah risiko di seluruh pasar dan negara.
Guo mengatakan inovasi teknologi menciptakan tantangan baru bagi regulasi keuangan.
"China memimpin global dalam hal pembayaran seluler, pinjaman online, dan penjualan asuransi internet, dan tidak ada peraturan atau praktik pengawasan risiko (bagi China) untuk mempelajarinya,"tulisnya.
Karenanya, China akan mengadopsi pendekatan regulasi khusus dan inovatif untuk perusahaan teknologi keuangan berdasarkan prinsip toleransi dan kehati-hatian. Tujuannya, untuk mencapai keseimbangan antara mempromosikan pembangunan dan menghindari monopoli, namun Go tidak menyebut nama perusahaan mana pun.
Lihat juga:BEI Hukum 21 Emiten 'Bandel' |