BI Tak Mau Rupiah Terlalu Bergantung pada Dolar AS

CNN Indonesia
Kamis, 03 Des 2020 14:22 WIB
Bank Indonesia terus berupaya untuk mengurangi ketergantungan rupiah terhadap dolar AS. Salah satunya melalui instrumen local currency settlement (LCS).
Bank Indonesia terus berupaya untuk mengurangi ketergantungan rupiah terhadap dolar AS. Salah satunya melalui instrumen local currency settlement (LCS). (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia --

Bank Indonesia (BI) akan terus mengurangi ketergantungan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Langkah ini ditempuh melalui transaksi perdagangan bilateral dan investasi langsung dengan menggunakan mata uang lokal (local currency settlement/LCS)

"Instrumen repo, repurchase agreement, lindung nilai dan swap terus dikembangkan dan LCS dengan sejumlah negara mitra Asia untuk kurangi ketergantungan dolar AS," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2020, Kamis (3/12).

Saat ini, ia mengatakan tekanan terhadap mata uang Garuda sudah berkurang dibandingkan Maret 2020 ketika awal pandemi covid-19. Kala itu, rupiah sempat terjatuh ke level terendah di Rp16.575 per dolar AS pada 23 Maret 2020 lantaran investor asing memburu dolar AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, perlahan rupiah mulai bangkit dan diyakini terus terdepresiasi hingga tahun depan. Bahkan, ia menilai saat ini rupiah masih di bawah nilai fundamentalnya (undervalue) sehingga berpotensi menguat. Siang ini, rupiah berada di posisi Rp14.134 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah stabil dan cenderung menguat didukung kebijakan stabilitas BI dan masuknya inflow (arus modal asing ke RI)," tuturnya.

Selain itu, ia mengatakan bank sentral akan melakukan pendalaman pasar uang sesuai dengan cetak biru (blueprint) pendalaman pasar uang 2025.

"Instrumen terus dikembangkan, volume pasar uang meningkat lebih likuid, efisien, dan mendukung penurunan suku bunga," katanya.

Selain Indonesia, sejumlah negara tidak lagi menggunakan dolar AS dalam melakukan transaksi perdagangan bilateral dan investasi langsung. Pada Rabu (30/9) lalu, BI dan bank sentral China, People's Bank of China (PBC) sepakat akan melakukan transaksi perdagangan bilateral dan investasi langsung dengan menggunakan mata uang lokal kedua negara, yakni yuan dan rupiah.

Selain dengan China, Indonesia tercatat memiliki kesepakatan serupa dengan sejumlah negara, meliputi, Jepang, Thailand, dan Malaysia. Indonesia dan ketiga negara tersebut sudah lebih dulu sepakat meninggalkan dolar AS untuk transaksi dagang dan investasi sehingga beralih menggunakan rupiah, baht Thailand, dan ringgit Malaysia.

Bank sentral mengatakan inisiatif ini bertujuan untuk mendorong penggunaan mata uang lokal secara lebih luas dalam transaksi perdagangan dan investasi langsung di antara kedua negara.

[Gambas:Video CNN]

Sebelumnya, mantan Gubernur BI Agus Martowardojo pernah menjelaskan kesepakatan tersebut berdampak positif bagi sistem keuangan masing-masing negara. Menurutnya, kala itu, gejolak nilai tukar masing-masing mata uang bisa lebih terjaga dan stabil, sehingga dampak jangka panjangnya dapat menumbuhkan perekonomian Tanah Air hingga ekonomi kawasan Asia Tenggara.

"Soal volatilitas rupiah, kami sambut baik akan berada di angka 3 persen," ujar Agus saat menandatangni kesepakatan LCS dengan Bank Negara Malaysia dan Bank of Thailand pada 2017 lalu.

(ulf/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER