Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) mengumumkan kenaikan harga penjualan tahu tempe di kisaran 10 persen hingga 20 persen.
Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin mengatakan kenaikan tersebut merupakan usulan, desakan dan permintaan dari anggota perajin tempe dan tahu di berbagai wilayah di Indonesia.
"Gakoptindo sebagai wadah koperasi tahu tempe tingkat nasional mendukung usulan dari anggota-anggota perajin tempe tahu di seluruh Indonesia untuk menaikkan harga tempe dan tahu antara 10 sampai dengan 20 persen," ujarnya dalam siaran pers yang diterima CNNIndonesia.com, Kamis (3/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejalan dengan rencana kenaikan harga tersebut, Gakoptindo pun meminta maaf kepada masyarakat Indonesia terutama kepada pecinta tahu dan tempe.
"Kami mohon kepada seluruh masyarakat Indonesia pecinta makanan tempe dan tahu agar dapat memakluminya dan kami mohon maaf atas hal itu," ucapnya.
Dikonfirmasi via sambungan telepon, Aip menyampaikan bahwa kenaikan telah mempertimbangkan harga kedelai impor yang terus melambung.
Perlu diketahui, hampir semua kedelai untuk bahan baku tahu dan tempe diimpor dari negara seperti Amerika, Brazil dan lain-lain.
Lihat juga:Harga Cabai dan Telur Ayam 'Balapan' Naik |
Pada 2019, misalnya, Indonesia mengimpor 2,63 ton kedelai untuk tahu dan tempe. Sedangkan kedelai lokal hanya sekitar 400-500 ribu ton.
"Kebutuhan nasional satu tahun itu kurang lebih 3 juta ton. Harga kedelai dari Rp6.000 lebih sebelum pandemi, sekarang di berbagai daerah tidak ada yang di bawah Rp8.000 ada yang Rp8.500 Rp8.200 dan lain-lain. Harganya naik 20-30 persen," tutur Aip.
Ditambah lagi, para perajin tempe dan tahu merasa kondisi perekonomian mereka semakin sulit di tengah pandemi covid-19. Permintaan tempe juga susut sekitar 5 persen.
"Karena itu, kami koordinasi dengan para pedagang di daerah ada yang baik dan 10 persen ada yang 15 persen maksimal 20 persen, kenaikan dimulai dari 1 Desember kemarin," tandasnya.