Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan produsen maupun konsumen terkait datangnya musim penghujan. Pasalnya, kondisi ini bisa menghambat distribusi barang dari produsen ke konsumen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto menuturkan pada awal musim penghujan ini, inflasi terus berlanjut. Pada Oktober tercatat terjadi inflasi sebesar 0,07 persen (mtm) dan bertambah di November menjadi 0,28 persen.
"Jadi memang perlu diwaspadai terkait dengan mulai musim penghujan dan kemudian libur panjang beberapa waktu yang lalu. Terkait musim penghujan ini, ke depan barangkali terkait dengan distribusi barang, untuk cuaca, ombak tinggi kemudian curah hujan tinggi, ini bisa hambat kondisi distribusi barang dari produsen ke konsumen," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (1/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengaruh musim penghujan sendiri sudah mulai tampak pada kenaikan harga sejumlah komoditas bahan makanan bergejolak (volatile food). Tercatat, komponen ini mengalami inflasi 1,18 persen dengan andil 0,21 persen kepada inflasi.
Dari komponen volatile food, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga paling tinggi sehingga menyumbang inflasi meliputi daging ayam ras andilnya 0,08 persen, telur ayam ras dan cabai merah masing-masing 0,04 persen, dan bawang merah 0,03 persen.
Sementara itu, kenaikan harga tomat, bawang putih, cabai rawit, dan minyak goreng masing-masing menyumbang andil kepada inflasi 0,01 persen.
"Permintaan meningkat tapi pasokan kurang, ini ada pengaruh faktor musim dimana untuk tanaman palawija yang terkait dengan musim hujan biasanya produksinya lebih rendah dibandingkan musim kemarau," ucapnya.
Selain mewaspadai dampak musim penghujan, Setianto menuturkan BPS akan memantau dampak aktivitas gunung berapi pada Indeks Harga Konsumen (IHK) Desember.
"Nanti kita tunggu bagaimana pantauan kami terhadap harga pada Desember nanti, apakah pada Desember ini dampak gunung api ini akan berakibat pada produksi tanaman atau kegiatan ekonomi lainnya untuk masyarakat di sekitar gunung api," ucapnya.
Seperti diketahui, sejumlah gunung berapi menunjukkan peningkatan aktivitas. Padahal, wilayah di sekitar gunung berapi kebanyakan merupakan sentra produksi komoditas pangan, khususnya sayur-sayuran.
Sejumlah gunung berapi yang menunjukkan peningkatan aktivitas meliputi Gunung Merapi di DIY Yogyakarta, Gunung Semeru di Jawa Timur, dan Gunung Ile Lewotolok di NTT.
(ulf/age)