Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali anjlok ke level di bawah 6.000 pada sesi I perdagangan Rabu (23/12). Pasar ditutup pada level 5.996 siang ini.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menyebut pelemahan disebabkan oleh beberapa faktor baik di dalam maupun luar negeri.
Dari luar, sentimen negatif berasal dari kekhawatiran investor akan mutasi virus corona jenis baru yang ditemukan di Inggris. Hingga saat ini belum diketahui jika vaksin racikan perusahaan farmasi dunia seperti Pfizer atau Moderna akan mampu mengatasi virus anyar tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika tidak, maka akan dibutuhkan waktu untuk pemulihan ekonomi global. Ini menimbulkan kecemasan investor sehingga memicu mereka melakukan aksi jual.
Sedangkan, sentimen dari dalam negeri berasal dari pernyataan Menteri Keuangan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2020 masih negatif di kisaran 2 persen untuk batas bawah.
Meski tak menjadi sentimen utama, namun Hans menilai pernyataan Sri Mulyani memberi dampak negatif terhadap pasar.
"Kalau dalam negeri sih pernyataan Menkeu kalau kita akan tumbuh negatif di kuartal IV, ini memberi sentimen negatif ke pasar," katanya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (23/12).
Namun, ia melihat peluang indeks untuk kembali menguat pada pada pekan terakhir perdagangan tahun ini. Ia memprediksi IHSG mampu kembali ke posisi 6.000.
Untuk diketahui, selama dua hari berturut-turut IHSG mengalami pelemahan. Pada Selasa (22/12) kemarin, pasar modal rontok 2,31 persen dan melandai di level 6.023.
Kemudian berlanjut pada hari ini. Indeks berangsur membaik dari posisi terburuknya hari ini di level 5.853. Asing tercatat jual bersih sebesar Rp51,57 miliar.
Mengutip RTI Infokom, terpantau investor melakukan transaksi sebesar Rp12,38 triliun dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 18,47 miliar saham,
(wel/agt)