Bank sentral Eropa (ECB) kembali menggelontorkan stimulus lewat pencetakan uang baru. Upaya ini dimaksudkan untuk menopang ekonomi dari gelombang virus corona (covid-19) yang mengancam pemulihan ekonomi benua biru tersebut.
ECB mengungkapkan akan meningkatkan belanja aset sebesar 500 miliar euro atau US$605 miliar sekitar Rp8.530 triliun (kurs Rp14.100). Sehingga, total dari program stimulus menjadi 1,85 triliun euro atau US$2,24 triliun.
Pihaknya juga berencana untuk memperpanjang belanja setidaknya hingga akhir Maret 2022 nanti dan memberikan lebih banyak pinjaman bersubsidi kepada bank untuk merangsang pemberian pinjaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Langkah-langkah kebijakan moneter yang diambil hari ini akan berkontribusi untuk menjaga kondisi pembiayaan yang menguntungkan selama periode pandemi. Dengan demikian, mendukung aliran kredit ke semua sektor ekonomi, aktivitas ekonomi, dan menjaga stabilitas harga jangka menengah," tulis ECB lewat sebuah pernyataan, dikutip dari CNN Business, Jumat (11/12).
Pada konferensi pers, Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan bahwa pandemi covid-19 terus menimbulkan risiko serius bagi ekonomi Eropa. Sementara, memperpanjang penguncian wilayah meningkatkan risiko pemulihan yang tertunda.
Meski sektor manufaktur bertahan dengan baik, namun sektor jasa telah sangat dikekang oleh peningkatan tingkat infeksi dan pembatasan, sehingga dia menilai akomodasi moneter yang cukup diperlukan untuk mendukung kegiatan ekonomi.
ECB menambahkan bahwa ketidakpastian tetap tinggi sehubungan dengan perkembangan pandemi dan distribusi vaksin yang membutuhkan waktu.
Oleh karena itu, mereka harus siap untuk menyesuaikan tingkat inflasi yang saat ini berada di wilayah negatif bergerak menuju target 2 persen.
Sedangkan bank mempertahankan suku bunga deposito menetap pada minus 0,5 persen.
Lagarde berharap suku bunga tetap pada tingkat saat ini atau lebih rendah sampai prospek inflasi membaik.