Warga soal Harga Rapid Test Antigen Rp250 Ribu: Masih Mahal

CNN Indonesia
Jumat, 18 Des 2020 19:15 WIB
Sejumlah warga menilai harga maksimal rapid test antigen di Pulau Jawa sebesar Rp250 ribu masih tergolong mahal.
Sejumlah warga menilai harga maksimal rapid test antigen di Pulau Jawa sebesar Rp250 ribu masih tergolong mahal. Ilustrasi. (Dok. Humas KPK).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah menetapkan batas harga tertinggi rapid test antigen dengan metode usap (swab) Rp250 ribu untuk Pulau Jawa dan sebesar Rp275 ribu untuk di luar Pulau Jawa.

Yanti Novi (31) mengaku setuju saja dengan apapun jenis tes covid-19 yang diperlukan. Namun, harga maksimal yang ditetapkan masih terlalu mahal.

Pasalnya, rapid test antigen digunakan untuk menggantikan rapid test antibodi. Seharusnya, menurut Yanti, harga swab antigen juga harus ditekan mengikuti rapid test antibodi yang bisa didapatkan di bawah Rp100 ribu per tes.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masih mahal dibandingin rapid biasa yang cuma Rp80 ribuan ya kalau nggak salah. Kalau mau ya samain aja dong harganya," katanya kepada CNNIndonesia.com pada Jumat (18/12).

Pun tak ke mana-mana pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) ini, Yanti merasa kasihan dengan mereka yang akan melakukan perjalanan di akhir tahun.

Pasalnya, pemerintah suka mengeluarkan peraturan secara mendadak. Mereka yang sudah merencanakan perjalanan dari jauh-jauh hari pun harus menanggung rugi.

"Soalnya kan buat yang bepergian, ada tuh yang udah pesan dari jauh-jauh hari, eh tiba-tiba ada tambahan biaya lagi. Padahal, mungkin bisa saja uangnya pas-pasan dan harus tetap pergi untuk urusan mendesak," ujarnya.

Sementara, Danila (24) tak setuju harga rapid test antigen di Jawa dan di luar Jawa dibedakan meski bedanya hanya Rp25 ribu. Pasalnya, upah minimum di daerah masih minim. Ia menilai seharusnya harga dipukul rata.

"Kenapa sih selalu harus dibedain? Kalau mahal ya pasti mahal, apalagi buat yang di daerah, terbang murah aja cuma beberapa ratus ribu, ini setengah dari harga tiket," ungkapnya.

Karyawan swasta yang berdomisili di Tangerang ini paham kalau pemerintah berusaha menekan angka penyebaran covid-19. Namun, menurut dia, apa gunanya jika tidak dibarengi dengan persiapan yang matang.

Sempat melihat postingan viral Pengacara kondang Hotman Paris, ia menyebut pemerintah kerap mengeluarkan kebijakan tanpa melakukan simulasi lebih dulu. Ujung-ujungnya, penerapan di lapangan yang berantakan.

"Gimana ya, udah beberapa kali keulang terus, di bandara chaos. Rakyat mau gimana lagi selain marah-marah di sosmed?" katanya.

Kristy (25) melakukan hitung-hitungan sederhana. Untuk pekerja muda sepertinya yang gaji bulanan tak jauh terpaut dari UMR Jakarta, tentu dua kali test swab antigen untuk pulang-pergi terbilang berat.

Apalagi, ia membayangkan, bagi keluarga kecil yang bergaji pas-pasan. Kalau tak punya tabungan, tentu impian untuk pulang bertemu keluarga merayakan Natal dan Tahun Baru harus ditunda.

"Gue ga pulang sih, tapi kan sedih yang mau pulang rumah Natalan tapi kebentrok uang. Yang kaya mah ga berasa ya," ucap Kristy.

Diketahui, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menetapkan batas tarif tertinggi rapid test antigen dengan metode usap.

Sekretaris Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Azhar Jaya mengatakan batasan tarif tersebut telah mempertimbangkan komponen jasa pelayanan, komponen bahan habis pakai dan reagen, komponen biaya administrasi, dan komponen lainnya.

Besaran tarif tertinggi tidak berlaku bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang mendapatkan hibah atau bantuan alat reagen atau APD dari pemerintah.

"Besaran tarif tertinggi berlaku untuk masyarakat yang melakukan pemeriksaan rapid test antigen swab atas permintaan sendiri yang dilakukan di rumah sakit, laboratorium, dan fasilitas lainnya," ucapnya.

[Gambas:Video CNN]



(wel/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER