Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang, Jawa Barat, akan resmi beroperasi mulai hari ini. Rencananya, Minggu (20/12) siang nanti Presiden Joko Widodo akan melakukan soft launching pelabuhan yang diklaim terbesar di tanah air itu.
Pelabuhan Patimban merupakan mega proyek yang disokong APBN dan pinjaman mengikat dari pemerintah Jepang. Untuk tahap 1 fase 1 ini, Japan International Cooperation Agency (JICA) telah menggelontorkan dana 118,9 miliar yen atau Rp14,2 triliun.
Patimban masuk daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) sejak 2016. Dalam beleid terbaru Peraturan Presiden (Perpres) No 109/2020 tentang Perubahan Ketiga atas Perpes No 3/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, Patimban juga tetap masuk dalam daftar PSN, bersanding dengan Makassar New Port di Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, secara keseluruhan Pelabuhan Patimban ditargetkan rampung pada 2027. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pelabuhan tersebut akan menjadi pusat kegiatan ekspor dan impor, khususnya untuk industri yang berkembang di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Kabupaten Karawang yang menjadi salah satu basis industri otomotif di Jawa Barat diharapkan mulai menggunakan pelabuhan tersebut untuk melakukan ekspor-impor ketimbang Tanjung Priok yang ada di Jakarta.
Pada fase pertama pelabuhan ini akan memiliki peti kemas seluas 35 hektare dengan kapasitas 25 ribu TEUs per tahun. Patimban juga menjadi terminal kendaraan seluas 25 ha dengan kapasitas mobil 218.000 CBU.
"Harapannya, Desember nanti kita akan gunakan pertama kali untuk car terminal yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan ekspor-impor mobil juga distribusi mobil ke seluruh indonesia," ucap Budi Karya dalam Dialog Publik: Pelabuhan Patimban dan Pengembangan Ekonomi Daerah beberapa waktu lalu.
Budi Karya Sumadi mengungkapkan pembangunan Pelabuhan Patimban juga penting untuk mendukung ketersediaan lapangan kerja di Jawa Barat, khususnya Subang.
Ia memprediksi proyek pembangunan ini akan menyerap setidaknya 200 ribu lapangan kerja baru. Pemerintah, ungkap Budi Karya, juga tidak hanya fokus terhadap pengembangan pelabuhannya saja, namun juga multiplier effect yang dihasilkan untuk mendorong ekonomi di wilayah sekitar pelabuhan.
Kemenhub akan menggandeng beragam stakeholder untuk memberikan masyarakat sekitar pelabuhan pendidikan dan pelatihan (diklat)kewirausahaan, serta melaksanakan pemberdayaan masyarakat hingga membentuk pembentukan koperasi.
Tahap pertama Pelabuhan Patimban sendiri terdiri dari 2 fase. Setelah fase kedua rampung, pembangunan pelabuhan ini akan dilanjutkan ke tahap kedua yang berlangsung pada 2024-2025.
Di tahap tersebut, jelas Budi Karya z akan ada pembangunan terminal peti kemas sehingga kapasitas kumulatif sebesar 5,5 juta TEUs. Sementara tahap 3 pada tahun 2026-2027, kapasitas kumulatif terminal peti kemas akan mencapai 7,5 juta TEUs.
Tak cuma kegiatan ekspor dan impor nasional, Pelabuhan Patimban ini juga diharapkan bisa mendorong perekonomian di Jawa Barat berkembang.
"Satu lagi, Patimban Kertajati dan Cirebon adalah tiga tiitik yang potensial yang bisa menjadi prospek yang cerah di mana logistik internasional bisa didistribusikan dari Kertajati dan Cirebon jadi destinasi wisata tujuan yang baik," tandasnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan salah satu tujuan utama pembangunan Pelabuhan Patimban adalah mengurangi kepadatan lalu lintas ke wilayah Tanjung Priok.
Pasalnya, hingga saat ini pelabuhan di Jakarta Utara itu mengakomodir lebih dari 50 persen kontainer yang ada di Indonesia.
"Tujuan utama pembangunan Patimban adalah mengurangi trafik eksisting di pelabuhan Tanjung Priok yang mengakomodir lebih dari 50 persen dari kontainer internasional di Indonesia," terang Luhut.
Dalam tiga tahun ke depan pemerintah sendiri memprediksi volume barang yang dimuat dari Tanjung Priok akan turun dan terbagi dengan Patimban, yakni dari 14.717.243 ton di 2019 menjadi 9.271.863 pad 2023.
Sementara volume barang yang di bongkar di Tanjung Priok akan turun dan terbagi ke Patimban, yakni dari 10.924.863 ton di 2019 menjadi 6.882.664 pada 2023.
Luhut mengatakan Indonesia harus berpacu untuk mengejar ketertinggalan dalam efisiensi logistik menghadapi Asean Connectivity 2025.
Untuk itu, diharapkan ke depannya Pelabuhan Patimban bisa berkolaborasi dengan Tanjung Priok. Pasalnya, dari sisi aksesibilitas, saat ini waktu tempuh dari kawasan industri Jawa Barat ke Tanjung Priok bisa mencapai 4 sampai 5 jam.
"Dengan adanya Patimban melalui konektivitas jalan tol juga jarak tempuh bisa 1 jam saja, serta biaya transportasi akan lebih murah," pungkasnya.