PT Bursa Efek Indonesia (BEI)menargetkan perusahaan melakukan pencatatan perdana saham (Initial Public Offering/IPO) tahun depan sebanyak 30 perusahaan. Jumlah tersebut lebih rendah dari realisasi tahun ini yakni 51 perusahaan.
Direktur Utama BEI Inarno Djayadi menuturkan pihaknya telah mencantumkan target IPO tersebut dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Ini (RKAP) sudah kami submit ke OJK, kalau tidak salah, kami secara total hanya menargetkan sekitar 30 IPO baru," ujarnya dalam konferensi pers Penutupan Perdagangan BEI 2020, Rabu (30/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, nilai emisi atau penghimpunan dana dari IPO tahun ini mencapai Rp6 triliun. Dibandingkan tahun lalu, angka penghimpunan dana lewat IPO turun tajam sekitar 59,37 persen dari sebelumnya Rp14,77 triliun, dari 55 perusahaan.
Untuk tahun depan, Inarno berharap ada perusahaan kakap yang melantai di bursa sehingga menghasilkan nilai emisi dalam jumlah besar.
"Untuk fund raise-nya (penghimpunan dana) kami tidak pernah menargetkan berapa. Kami harapkan ke depan akan ada beberapa yang besar," ujarnya.
Namun, ia menuturkan jika jumlah IPO di pasar modal Indonesia tahun ini berhasil menduduki peringkat terbesar ke-6 di dunia. Peringkat Indonesia berada setelah bursa Shanghai sebanyak 180 IPO, Nasdaq 119 IPO, Shenzhen 115 IPO, Hong Kong 99 IPO, dan Jepang 54 IPO.
"Indonesia pun masih menjadi bursa dengan jumlah IPO terbanyak di ASEAN," katanya.
Tercatat, pasar modal Indonesia berhasil menduduki top 10 IPO selama 3 tahun berturut-turut. Meliputi peringkat 10 di 2018 sebanyak 55 IPO, peringkat 7 di 2019 sebanyak 55 IPO, dan tahun ini peringkat 6 sebanyak 51 IPO. Secara total, jumlah perusahaan tercatat di Indonesia mencapai 713 emiten.
"Di tengah pandemi covid-19, minat perusahaan untuk masuk ke pasar modal tidak surut," katanya.
(ulf/agt)