OPEC memproyeksikan harga minyak turun pada semester pertama 2021. Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengungkap di tengah harapan pemulihan, masih ada risiko penurunan harga minyak yang harus dihadapi.
Dikutip dari Reuters, OPEC dan negara sekutu atau yang dikenal dengan OPEC+ akan menggelar pertemuan yang dipimpin oleh Rusia hari ini, Senin (4/1).
Pertemuan tersebut akan membahas produksi minyak pada Februari. Sebelumnya, pada Desember, OPEC+ memutuskan untuk meningkatkan produksi sebesar 0,5 juta barel per hari mulai Januari sebagai bagian dari kenaikan bertahap 2 juta barel per hari pada 2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, beberapa anggota mempertanyakan keputusan peningkatan tersebut karena penyebaran infeksi virus corona masih berlangsung.
"Mengingat fundamental melemah, akan lebih bijaksana bagi OPEC + untuk mempertahankan produksi stabil dan ada preferensi di antara beberapa produsen terbesar untuk menahan produksi tetap datar," kata Amrita Sen, salah satu pendiri Energy Aspects.
Pemimpin OPEC Arab Saudi menyarankan agar tetap waspada menaikkan produksi, sementara anggota OPEC Uni Emirat Arab dan non-OPEC Rusia mengatakan mereka lebih memilih peningkatan yang lebih cepat.
"Pembatasan aktivitas sosial dan ekonomi tetap berlaku di sejumlah negara, dan ada kekhawatiran tentang munculnya jenis baru virus yang merusak," kata Barkindo.
Dia mengatakan ekonomi global dapat pulih dengan kuat pada paruh kedua 2021 tetapi sektor-sektor seperti perjalanan, pariwisata, rekreasi, dan perhotelan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk kembali ke posisi sebelum virus datang.
OPEC+ terpaksa memangkas produksi pada 2020 karena lockdown secara global yang menekan permintaan bahan bakar. OPEC+ memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari, kemudian menurunkan pemotongan menjadi 7,7 juta dan akhirnya menjadi 7,2 juta dari Januari.
Barkindo mengatakan OPEC sekarang memperkirakan permintaan minyak global akan dipimpin oleh negara-negara berkembang. Permintaan ini diproyeksikan naik menjadi 95,9 juta barel per hari pada 2021, karena ekonomi global diperkirakan tumbuh sebesar 4,4 persen.
Meski pengembangan vaksin virus corona telah memicu optimisme pasar, namun kenaikan permintaan tersebut masih belum mampu membawa konsumsi ke level prapandemi sekitar 100 juta bph.