Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga atau inflasi Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) alias inflasi tingkat grosir sekitar 1,82 persen secara tahunan di sepanjang 2020.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto merinci inflasi tahunan di tingkat grosir berasal dari inflasi sektor pertambangan dan penggalian, yakni sebesar 2,65 persen, industri 1,89 persen, dan pertanian 1,47 persen.
"Inflasi tertinggi terjadi di sektor pertambangan dan penggalian," ucap Setianto saat rilis inflasi periode Desember 2020 secara virtual, Senin (4/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khusus Desember 2020, inflasi di tingkat perdagangan grosir sebesar 0,54 persen. Inflasi utamanya disumbang oleh sektor pertanian dengan tingkat inflasi 1,98 persen dan andil 0,37 persen.
"Ini karena perubahan harga di sektor pertanian, utamanya telur ayam ras dengan andil 0,56 persen. Kemudian, cabai merah, kelapa sawit, cabai rawit, dan wortel dengan andil 0,37 persen," jelasnya.
Sementara, inflasi bulanan sektor industri mencapai 0,2 persen dengan andil 0,17 persen.
Setianto mengatakan kontribusi tertinggi berasal dari komoditas tepung tapioka yang sering naik permintaannya jelang akhir tahun.
"Yang tertinggi (permintaan tepung tapioka) di Sumatera Selatan," imbuhnya.
Untuk inflasi pertambangan dan penggalian tercatat sebesar 0,06 persen dengan andil nol persen.
Selanjutnya, BPS juga mencatat ada inflasi di tingkat grosir konstruksi sebesar 0,97 persen sepanjang 2020. Sementara inflasi bulanan hanya sebesar 0,13 persen pada Desember 2020.
Inflasi barang-barang konstruksi di tingkat grosir terbesar berasal dari kelompok bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum, dan komunikasi sebesar 1,73 persen. Diikuti inflasi kelompok bangunan lainnya 1,3 persen.
Sisanya, inflasi kelompok bangunan pekerjaan umum untuk pertanian 1,28 persen, kelompok bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal 1,1 persen, dan bangunan pekerjaan umum untuk jalan, jembatan, dan pelabuhan 0,48 persen.