PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI membantah isu di publik yang menyebut mereka akan melakukan penghimpunan dana melalui skema penerbitan saham baru alias rights issue senilai US$1 miliar atau setara Rp13,9 triliun (kurs Rp13.900 per dolar AS).
Menurut kabar yang beredar di publik, perusahaan pelat merah itu akan melakukan rights issue pada semester I 2021. Namun, kabar ini langsung dibantah oleh manajemen.
"Terkait pemberitaan rights issue tersebut, kami sampaikan bahwa pemberitaan tersebut tidak benar," ujar Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto kepada CNNIndonesia.com, Jumat (8/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aestika mengatakan bank BUMN itu masih fokus untuk memacu kinerja internal perusahaan. Selain itu, juga fokus membantu pemerintah mewujudkan pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi virus corona atau covid-19.
Pemulihan ekonomi ini, katanya, dilakukan dengan fokus membantu para nasabah yang dominannya berupa UMKM. Hal ini sejalan dengan spesialisasi bank tersebut.
"Terutama para pelaku UMKM yang merupakan tulang punggung ekonomi kita," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir pernah mengungkapkan ke publik bahwa kementerian ingin ada sinergi platform antara BRI, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero. Tujuannya, agar akses pendanaan PNM bisa lebih murah.
"Kami mau sinergikan platform (Pegadaian dan PNM) ke BRI," kata Erick, November 2020.
Kendati begitu, belum dijelaskan secara rinci seperti apa bentuk sinergi itu. Namun, kabar di pasar sempat menyebut bahwa rights issue BRI dimaksudkan untuk menjalankan target sinergi tersebut.
Di sisi lain, kabar rights issue BRI sempat menguatkan saham perusahaan pelat merah itu. Terpantau, harga saham BRI naik 1,9 persen menjadi 4.280 pada perdagangan kemarin.