Warteg Terancam Tutup, Rp100 M Bisa Menguap di Jabodetabek

CNN Indonesia
Rabu, 13 Jan 2021 19:57 WIB
Jabodetabek berpotensi kehilangan perputaran uang senilai Rp80 miliar sampai Rp100 miliar per hari apabila 20 ribu warteg tutup.
Jabodetabek berpotensi kehilangan perputaran uang senilai Rp80 miliar sampai Rp100 miliar per hari apabila 20 ribu warteg tutup. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma).
Jakarta, CNN Indonesia --

Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) berpotensi kehilangan perputaran uang senilai Rp80 miliar sampai Rp100 miliar per hari bila ancaman 20 ribu warteg tutup benar terjadi pada tahun ini. Ancaman tutup muncul karena tekanan ekonomi akibat pandemi virus corona.

Proyeksi ini diungkap oleh Ketua Komunitas Warteg Indonesia (Kowantara) Mukroni. Hitungannya berasal dari rata-rata omzet atau pendapatan warteg yang terancam tutup mencapai Rp60 miliar.

"Rata-rata omzet normal sekitar Rp3 juta sampai Rp5 juta, kalau ada 20 ribu (warteg yang terancam tutup), ya bisa segitu (Rp60 miliar)," kata Mukroni kepada CNNIndonesia.com, Rabu (13/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mukroni mengatakan asumsi rata-rata omzet warteg sebesar Rp3 juta per hari muncul dari rata-rata pendapatan warteg skala kecil sekitar Rp1 juta sampai Rp3 juta. Sementara warteg skala menengah Rp3-5 juta dan warteg besar Rp5-10 juta.

"Ya taruhlah rata-rata terendah karena sekarang pandemi, omzet pada turun dari kondisi normal, jadi taruhlah Rp3 juta," imbuhnya.

Sisa potensi perputaran uang yang bisa menguap berasal dari pembelian bahan pangan dari warteg yang tutup. Taruhlah modal pembelian bahan makanan warteg sekitar Rp1 juta sampai Rp2 juta per warteg per hari, maka bila warteg yang gugur ada 20 ribu, maka Rp20 miliar hingga Rp40 miliar per hari yang ikut hilang.

Potensi menguapnya perputaran uang ini, sambungnya, masih bisa lebih besar bila jumlah warteg yang 'gulung tikar' bertambah pada tahun ini. Sebab, proyeksinya jumlah warteg yang tutup bisa mencapai 75 persen dari total 40 ribu sampai 50 ribu warteg di Jabodetabek.

Di sisi lain, Mukroni menyatakan bahwa potensi perputaran uang yang menguap ini sejatinya belum mencakup potensi kehilangan dari pekerja warteg yang harus menerima pemutusan hubungan kerja (PHK). Satu warteg, katanya, rata-rata memiliki dua sampai tiga pekerja.

Bila satu pekerja bergaji sesuai Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta saja sekitar Rp4,2 juta per bulan, maka jumlah perputaran uang yang berpotensi raib dari gaji pekerja warteg yang di-PHK karena warteg tutup mencapai Rp168 miliar sampai Rp252 miliar per bulan.

Dampak lain dari penutupan warteg pun bisa menghilangkan potensi perputaran uang dari bisnis sewa ruko. Mukroni mencatat rata-rata biaya sewa yang harus dibayar pedagang warteg sekitar Rp50 juta sampai Rp100 juta per tahun.

"Belum yang di Senopati, itu sewa rukonya bisa Rp200 juta sampai Rp250 juta meski warteg," pungkasnya.

Untuk itu, ia berharap ada bantuan dari pemerintah secara nyata kepada para pedagang warteg. Sebab, usaha ini sangat tertekan selama pandemi, di mana omzet anjlok hingga 90 persen di beberapa warteg.

"Ya maunya ada bantuan, tapi tidak tahu seperti apa," tandasnya.

[Gambas:Video CNN]



(uli/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER