PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) membagi tip mengelola investasi reksa dana pada tahun ini. Kunci utama yaitu menambah kepemilikan atau porsi reksa dana saham dan mengurangi reksa dana pasar uang.
Mengapa demikian?
Kepala Ekonom dan Strategi Investasi Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan menjelaskan rekomendasi untuk menambah porsi reksa dana saham di dalam portofolio investasi berasal dari prospek membaiknya pasar saham di dalam negeri usai tertekan pandemi virus corona atau covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Yusuf Mansur: Beli Saham BRIS Bukan ke Saya |
Proyeksi Manulife, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa melaju ke kisaran 6.740 sampai 7.040 pada tahun ini. Sementara saat ini, IHSG berada di 6.428 pada akhir perdagangan hari ini.
"Tren ekonomi yang membaik dan kondisi pasar saham yang sudah pulih sejak akhir tahun akan semakin menopang bursa saham ke depan," kata Katarina secara virtual kepada awak media, Kamis (14/1).
Selain itu, prospek peningkatan reksa dana saham juga bisa menguntungkan karena investor sempat menurunkan porsi kepemilikan reksa dana saham mereka pada tahun lalu. Ia mencatat porsi kepemilikan reksa dana saham hanya tinggal 10 persen pada tahun lalu.
Sementara porsi kepemilikan reksa dana pasar uang mencapai 30 persen dan pendapatan tetap 60 persen. "Ini karena dulu saham bergejolak, satu tahun return-nya minus 5 persen, tapi tahun ini justru bisa ditambah reksa dana sahamnya dan dikurangi reksadana pasar uangnya," ujarnya.
Sementara reksa dana pasar uang dan pendapatan tetap bisa dikurangi karena prospek keuntungannya cenderung moderat pada tahun ini. Hal ini tercermin dari proyeksi Manulifer terhadap imbal hasil (yield) surat utang atau obligasi pemerintah yang turun dari kisaran 5,86 persen pada akhir 2020 menjadi 5,5 persen pada 2021.
"Dengan suku bunga acuan yang rendah, maka obligasi (pendapatan tetap) bisa dikurangi. Jadi lebih menambah aset yang lebih berisiko karena dianggap investor sentimen risk on dan minat pasar bertambah, lalu kurangi yang money market dan obligasi," jelasnya.
Kendati begitu, Katarina memberi catatan bahwa tip ini tidak serta merta akan memberi hasil untung pada semua investor. Sebab, rekomendasi ini tetap harus disesuaikan dengan profil risiko dari masing-masing investor yang kerap berbeda-beda.
"Balik lagi ke profil risiko investor, apakah mereka ini konservatif, moderat, agresif?" imbuhnya.
Lihat juga:Merger dengan Grab, Uber Kena Denda Rp92,5 M |
Pertimbangan lain adalah terkait tujuan dan jangka waktu investasi. Begitu juga dengan perkembangan pasar keuangan ke depan, baik dari sisi potensi hingga risiko.
"Apakah jangka waktu panjang misal 20 tahun untuk sekolah anak di luar negeri atau dua tahun lagi karena mau menikah? Ini dipertimbangkan," tuturnya.
Namun, secara keseluruhan, Katarina meyakini investasi reksa dana masih ideal untuk dipegang oleh investor.
"Karena reksa dana di-manage oleh manajer investasi dengan mempertimbangkan banyak faktor, kesempatan maupun risiko, maka reksa dana bisa dikatakan instrumen yang ideal untuk tahun ini dan bisa memberi potensi keuntungan sambi menjaga risiko yang ada," pungkasnya.