Jumlah utang nasional Amerika Serikat melonjak sebesar US$7 triliun atau setara Rp98 ribu triliun (kurs Rp14 ribu per dolar AS) selama masa pemerintahan Presiden Donald Trump. Angka ini diprediksi terus melonjak setelah Trump turun dari posisinya.
Pasalnya, Presiden terpilih Joe Biden diperkirakan akan mengajukan paket stimulus tambahan sebesar US$2 triliun untuk memperbaiki dan membangun kembali ekonomi AS yang tertekan hebat oleh pandemi corona.
Stimulus itu akan menjadi tambahan dari paket bantuan senilai US$900 miliar yang sudah dikucurkan pemerintah bulan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proposal yang terdiri dari cek stimulus US$2.000 untuk bantuan negara bagian dan lokal serta asuransi pengangguran ini bertujuan untuk menopang pemulihan ekonomi AS yang belakangan ini terlihat semakin rapuh.
Menambah gunung utang AS menjadi US$27 triliun sebenarnya bukan keputusan yang mudah. Tetapi, ini langkah yang bijaksana mengingat besarnya skala masalah yang dihadapi dan didukung biaya pinjaman yang sedang murah.
"Ini bukan waktunya untuk mengencangkan ikat pinggang. Perekonomian tidak dalam kondisi penghematan," kata Kepala Ekonom RSM Joe Brusuelas, dikutip dari CNN Bisnis pada Jumat (15/1).
Pada pekan lalu, sebanyak 965 ribu orang AS dilaporkan mengajukan tunjangan pengangguran untuk pertama kalinya. Itu naik tajam dari minggu sebelumnya yang 784 ribu orang.
Pengajuan klaim pengangguran itu meningkat tajam di atas level terburuk yang terjadi pada saat The Great Recessions. Sebanyak 140 ribu pekerjaan 'hilang' pada Desember lalu dan menjadi penurunan pertama sejak musim semi.
Wall Street memang sempat menyentuh rekor tertingginya. Namun, itu tidak terjadi pada sektor riil. Sektor-sektor yang mengalami pukulan seperti penerbangan, hiburan, perhotelan, dan lainnya mengalami kerugian besar akibat virus corona.