Asnawi menyatakan ada beberapa hal yang membuat harga daging sapi meningkat dalam beberapa waktu terakhir sampai menyentuh Rp130 ribu per kg. Pertama, Australia sebagai negara produsen daging sapi sempat dilanda bencana banjir.
Kedua, dolar Australia sempat terkoreksi cukup dalam dari dolar AS. Hal ini selanjutnya mempengaruhi biaya produksi pangan mereka yang kemudian diserap oleh Indonesia.
"Itu berimbas ke pangan dunia, Australia negara produsen pangan," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketiga, kebutuhan daging sapi meningkat dari China dan Vietnam yang juga memenuhi konsumsinya dari Australia. Hal ini mempengaruhi daya saing perolehan bahan pangan Indonesia dari negeri kangguru itu.
"Vietnam dan China kemarin ada masalah babi, karena babi bermasalah, protein hewani dari daging sapi (di China dan Vietnam)," jelasnya.
Keempat, ada keterbatasan stok sapi bakalan dan sapi siap potong. Kendati begitu, belum bisa diketahui secara pasti berapa stok daging sapi saat ini.
Namun, ia menduga stoknya tidak mencukupi kebutuhan konsumsi daging sapi yang besar di dalam negeri. Asnawi memberi gambaran, jumlah konsumsi normal di Jabodetabek ditambah Bandung Raya mencapai 1.600 ekor sampai 1.800 ekor sapi.
"Saat ini ada penurunan 60 persen," ucapnya.
Bila diestimasi dari stok normal, maka kondisi stok saat ini kemungkinan hanya sekitar 640 ekor sampai 720 ekor sapi. Namun dugaannya, stok saat ini kurang dari itu.