Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan alasan vaksin corona atau covid-19 untuk skema mandiri harus beda merek dengan vaksin gratis, yakni agar kuota vaksin gratis tidak terpakai untuk vaksin mandiri.
Pasalnya, vaksin gratis yang saat ini menggunakan vaksin dari Sinovac, perusahaan farmasi China, sudah diperuntukkan bagi kalangan prioritas. Mereka harus mendapatkan vaksin secara gratis.
"Misalnya ambil dari yang gratis seperti Sinovac, itu tidak boleh, kita sepakat rakyat harus didahului," jelas Erick saat rapat bersama Komisi VI DPR di Gedung DPR/MPR, Rabu (20/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, bila vaksin secara mandiri bisa diberikan ke masyarakat, distribusinya baru bisa dilakukan ketika pemerintah sudah memberi vaksin gratis kepada tenaga kesehatan hingga pelayan publik, seperti TNI dan Kepolisian dalam 1-2 bulan ke depan.
"Vaksin sebaiknya tidak disuntik saat ini yang mandiri, biarkan vaksin gratis bergulir dulu satu dua bulan," imbuhnya.
Di sisi lain, Erick menyebut pengadaan vaksin mandiri sebenarnya sah-sah saja dilakukan karena tidak menyalahi secara administrasi. Alasan ini diketahui Erick usai berkomunikasi dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) hingga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Tanggapan secara administrasi menyatakan kalau vaksin ini mereknya berbeda, secara administrasi bisa dipertanggungjawabkan," katanya.
Selain itu, pemberian vaksin mandiri bisa mempercepat distribusi vaksin ke seluruh lapisan masyarakat. Hal ini sejalan dengan arahan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) agar vaksinasi mencakup 75 persen dari total populasi suatu negara.
"Jadi kalau ditanya vaksin mandiri perlu atau tidak, ya kami terbuka selama vaksin gratis harus menjadi prioritas negara. Vaksin mandiri mengikuti setelah ada vaksin gratis, bulannya kapan, tergantung keberadaan stok dengan merek yang berbeda di luar yang diputuskan oleh Kemenkes," tuturnya.
Harga Vaksin Mandiri
Untuk harga, Erick sebenarnya belum memberi gambaran berapa nilai yang dibanderol untuk vaksin mandiri nanti. Begitu juga dengan ketentuannya, apakah akan ada harga batas atas dan bawahnya.
Namun yang jelas, ia tidak ingin nasib vaksin mandiri, seperti tes PCR yang dibanderol dengan harga yang berbeda-beda.
Menurutnya, harga vaksin mandiri tidak bisa dipasang, seperti tes PCR karena vaksin merupakan suatu hal yang memiliki risiko kepada mereka yang menerimanya. Sementara PCR tidak.
"Yang jelas tidak mau kejadian seperti yang namanya PCR test. Bedanya PCR dengan vaksin adalah PCR tidak ada risiko, kita dites, kita tahu, tapi kalau vaksin ini sesuatu yang masuk ke dalam tubuh dan ada risiko-risiko efek samping. Itu yang harus dipastikan," tandasnya.
(uli/bir)