Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi akan menggelar tes psikologi khusus kepada calon pilot pesawat terbang. Tujuannya, untuk meningkatkan aspek keselamatan transportasi penerbangan.
"Kami siap memperhatikan masalah keselamatan, saya sudah sampaikan ke Pak Dirjen Udara, pilot itu harus ada tes psikologi yang khusus," katanya, dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR RI, Senin (25/1).
Budi meminta jajarannya untuk menggandeng institusi terbaik dalam melaksanakan tes psikologi kepada calon penerbang. Ini merupakan salah satu buntut kecelakaan maskapai Sriwijaya Air SJ 182 beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ia mengaku tidak dapat memberikan bocoran penyebab kecelakaan nahas itu lantaran menjadi kewenangan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
"Saya akan minta ke Pak Dirjen Udara kerja sama dengan institusi terbaik untuk lakukan assessment pilot itu," ucapnya.
Seperti diketahui, SJ 182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (09/01) lalu. Pesawat jenis Boeing 737-500 ini mengangkut 62 penumpang, yang terdiri dari 50 penumpang dan 12 kru pesawat.
SJ 182 lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta menuju Pontianak pada pukul 14:36 WIB. Kemudian, pada pukul 14.40 WIB hilang kontak setelah diizinkan naik ke ketinggian 29 ribu kaki.
Dalam kesempatan itu, Anggota Komisi V DPR RI Rifqinizamy Karsayuda mengatakan musibah tersebut menjadi evaluasi untuk sektor penerbangan. Karenanya, ia menuturkan Kementerian Perhubungan masih memiliki pekerjaan rumah membenahi sektor ini.
"Kita tentu masih memiliki pekerjaan rumah untuk menghimpun data se-valid mungkin agar peristiwa ini menjadi evaluasi total kita di dunia penerbangan terutama di tengah pandemi covid-19," tuturnya.
Namun, ia meminta semua pihak tidak membuat spekulasi mengenai penyebab kecelakaan pesawat, hingga terdapat penjelasan resmi dari KNKT.
Secara umum, ia mengapresiasi langkah Kementerian Perhubungan dalam menangani musibah tersebut.
"Kita semua tentu tidak bisa berspekulasi dengan persoalan ini, karena spekulasi itu bisa menjadi problem baru sebelum kita mendapatkan data yang valid terkait musibah yang menerpa saudara-saudara kita semua," tandasnya.