Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.065 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Selasa (26/1) sore. Mata uang Garuda melemah 42 poin atau 0,3 persen dari Rp14.022 persen pada Senin (25/1).
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.086 per dolar AS atau melemah dari Rp14.082 per dolar AS pada Senin kemarin.
Rupiah melemah bersama won Korea Selatan minus 0,51 persen, ringgit Malaysia minus 0,1 persen, yen Jepang minus 0,02 persen, peso Filipina minus 0,02 persen, dolar Singapura minus 0,02 persen, dan baht Thailand minus 0,01 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan yuan China menguat 0,12 persen, rupee India 0,03 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen. Begitu pula dengan mata uang utama negara maju, mayoritas ada di zona merah. Hanya franc Swiss yang menguat 0,01 persen.
Poundsterling Inggris melemah 0,27 persen, dolar Australia minus 0,23 persen, rubel Rusia minus 0,17 persen, dolar Kanada minus 0,06 persen, dan euro Eropa minus 0,02 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah terkena sentimen tertundanya pemberian stimulus fiskal AS mencapai US$1,9 triliun.
Selain itu, pasar juga tengah menanti kebijakan dari bank sentral AS, The Federal Reserve. Pasar juga menanti sejumlah data ekonomi yang bakal dirilis pada pekan ini.
"Diperkirakan akan berujung pada keputusan mempertahankan suku bunga dalam kisaran nol persen sampai 0,25 persen," ujar Ibrahim.
Di dalam negeri, rupiah tertekan dengan perpanjangan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Hal ini memberi sentimen negatif ke pasar keuangan domestik.
"Dengan diperpanjangnya PPKM dan PSBB tentunya dapat mengurangi konsumsi masyarakat sehingga akan menghambat laju pemulihan ekonomi Indonesia yang berdampak negatif ke pasar," pungkasnya.