Kementerian ESDM mengisyaratkan PT PLN (Persero) tidak kelebihan pasokan listrik (over supply). Hal ini disebabkan gangguan pasokan batu bara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana menjelaskan kondisi over supply dinilai dari tingkat reserve margin atau persentase kapasitas cadangan pembangkit.
Per 25 Januari 2021 lalu, posisi rata-rata reserve margin pembangkit PLN sebesar 9 persen-10 persen. Angka itu terpaut jauh dari posisi reserve margin yang menggambarkan over supply, yakni 30 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apakah over supply? Tidak. Ukurannya biasanya kami ukur dari reserve margin, yang selama ini kami anggap optimum itu sekitar 30 persen. Saat ini, 10 persen-an dan ini selalu gerak tiap hari. Artinya, kami sekarang ini tidak pada posisi over supply, tapi kapasitas dan stok tersedia," jelasnya dalam konferensi pers tentang Rantai Pasok Energi Primer Pembangkit Listrik, Rabu (27/1).
Ia mengatakan over supply terjadi apabila kondisi pasokan, pembangkit, dan permintaan dalam kondisi normal. Sedangkan, saat ini pasokan batu bara mengalami gangguan karena cuaca hujan, sehingga menyebabkan banjir di Kalimantan Selatan, daerah utama pemasok batu bara.
"Itu (over supply) kondisi normal, di mana stok batu bara tidak jadi isu. Sekarang, isunya pembangkit siap semua, demand (permintaan) sudah menunggu tapi yang dibakar tidak ada atau telat datang," jelasnya.
Ia melanjutkan over supply kemarin terjadi lantaran kondisi pasokan batu bara normal. Di sisi lain, konsumsi listrik turun di tengah pandemi covid-19.
Namun, kondisi tersebut berubah setelah datang musim penghujan hingga mendatangkan bencana alam.
Sebelumnya, data PLN menyebutkan surplus tertinggi terjadi di wilayah Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) dan Sulawesi Bagian Utara (Sulbagut) dengan reserve margin sebesar 58 persen.
Disusul oleh Sumatera sebesar 55 persen, Jawa dan Bali 46,8 persen, Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur 45 persen, dan Kalimantan Barat 42 persen.
"Intinya, kalau sekarang suplai batu bara normal, maka kondisi over supply itu akan terjadi lagi, karena pasti akan operasi lagi pembangkitnya," tandasnya.