Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo berharap Lembaga Pengelola Investasi (Indonesia Investment Authority/INA) yang merupakan lembaga pengelola investasi dana abadi (Sovereign Wealth Fund/SWF) dapat meningkatkan nilai aset negara dan BUMN.
Harapannya, peningkatan aset dapat terjadi karena ada aliran dana dari para investor internasional ke lembaga yang baru diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu.
"Diharapkan ini bisa menggalang pendanaan bersama-sama investor internasional untuk meningkatkan value dari aset yang ada, aset milik negara dan aset-aset BUMN, seperti jalan tol, airport, dan pelabuhan," kata Tiko sapaan akrabnya di acara Media Group News Summit Indonesia 2021 secara virtual, Rabu (27/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Melihat Profil Anggota Dewan Pengawas SWF |
Menurutnya, peningkatan aset merupakan hal yang penting. Sebab, bisa memberikan peningkatan produktivitas dari pengelolaan aset tersebut, baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.
Di sisi lain, ia mengatakan SWF bisa menjadi pengganti aksi privatisasi BUMN yang juga bisa mendongkrak nilai kapitalisasi pasar dari para perusahaan pelat merah.
"Saya beri contoh SWF mirip saat BUMN lakukan privatisasi pada 2000, di mana dimulai dari Telkom, BRI, Bank Mandiri, Jasa Marga, BNI, itu dulu bayangkan bagaimana pertumbuhan value perusahaan-perusahaan ini," jelasnya.
Menurut catatannya, saat ini kapitalisasi pasar BRI telah mencapai Rp560 triliun. Lalu, Telkom mencapai Rp340 triliun.
"Ini penciptaan nilai yang diharapkan terjadi juga di SWF. Nantinya perusahaan publik yang menciptakan nilai dari kenaikan nilai kapitalisasinya, asetnya juga meningkat," pungkasnya.
Sebelumnya, Jokowi telah resmi membentuk LPI dan menunjuk lima orang menjadi dewan pengawas. Mereka adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri BUMN Erick Thohir dari sisi pemerintah.
Lalu, tiga orang dewan pengawas lainnya dari sisi profesional, yakni Darwin Cyril Noerhadi, Yozua Makes, dan Haryanto Sahari.