Lonjakan Harga Tahu Tempe Tambah Beban Pengusaha Warteg

CNN Indonesia
Selasa, 02 Feb 2021 12:09 WIB
Koordinator Warteg Nusantara (Kowantara) mengingatkan tahu dan tempe berkontribusi sekitar 30 persen dari menu sehingga kenaikan harga bakal menambah beban.
Koordinator Warteg Nusantara (Kowantara) mengingatkan tahu dan tempe berkontribusi sekitar 30 persen dari menu sehingga kenaikan harga bakal menambah beban. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma).
Jakarta, CNN Indonesia --

Ancaman kenaikan harga tempe dan tahu menyusul lonjakan harga kedelai di pasar global berdampak pada bisnis kuliner, termasuk warung tegal (warteg). Pasalnya, tahu dan tempe merupakan lauk pauk yang banyak dicari pelanggan warteg.

Ketua Koordinator Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengungkapkan tahu dan tempe berkontribusi sekitar 30 persen dari menu yang tersaji di warteg.

"Menu warteg hampir 30 persen dari tahu tempe, kalau harganya naik lagi, ini menambah beban bagi warteg," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (2/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, pendapatan pengusaha warteg tergerus oleh pandemi covid-19. Jumlah pelanggan warteg berkurang karena banyak karyawan kantor yang bekerja dari rumah (WFH) akibat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Pada saat bersamaan, ia menuturkan daya beli masyarakat pun berkurang mengingat pendapatan turun selama pandemi.

"Kebijakan PSBB, WFH itu sudah mengurangi income (pendapatan) warteg, kemudian daya beli berkurang. Kalau ada beban lagi, harga naik ini akan menambah beban lagi ke warteg, terutama menu warteg tempe tahu banyak disukai," ujarnya.

Ia mengakui kenaikan harga tahu tempe sebetulnya sudah terjadi dalam beberapa hari terakhir ini, sekitar 15 persen-20 persen. Namun, ia menuturkan pengusaha warteg belum menaikkan harga lauk pauk karena mempertimbangkan daya beli pelanggan yang juga lesu akibat pandemi.

"Kemarin kami belum (menaikkan harga) karena kami menjaga supaya pelanggan tidak lari. Teman-teman tidak ada yang menaikkan," jelasnya.

Akan tetapi, lanjutnya, jika harga tahu tempe kembali naik ia memperkirakan sejumlah pengusaha warteg akan mengerek harga lauk pauk. Solusi lain, kata dia, adalah mengecilkan ukuran lauk pauk tahu dan tempe yang dijual kepada pelanggan.

Di satu sisi, Mukroni mengaku tidak tega kepada pelanggan yang juga sedang mengalami kesulitan dari sisi ekonomi akibat pandemi covid-19. Pasalnya, ukuran lauk pauk yang terlalu kecil pun tidak sepadan dengan harganya.

"Kalau menu, misalnya kami jual Rp5.000, tapi bahannya naik dari Rp6.000 jadi Rp7.000 kami kan rugi juga. Nanti kami siasati, teman-teman biasanya sudah bisa create istilahnya dengan keterampilan sendiri supaya seakan-akan harga tidak naik," terangnya.

Oleh sebab itu, ia berharap agar pemerintah bisa menjaga stabilitas harga bahan pangan melalui berbagai kebijakan. Pasalnya, kenaikan harga bahan baku pangan ini akan menambah beban masyarakat di tengah pandemi covid-19.

Tak hanya tahu dan tempe, ia mengungkapkan harga cabai rawit merah juga naik sehingga menambah beban pengusaha warteg. Padahal, cabai rawit merah merupakan bahan baku utama olahan lauk pauk di warteg.

"Kalau mengenai harga, pemerintah harus memberikan stabilitas harga, jangan sampai ada kenaikan mendadak seperti ini sehingga menjadi beban bagi masyarakat," ucapnya.

Sebelumnya, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Syailendra mengatakan berdasarkan data Chicago Board of Trade, harga kedelai dunia pada Desember 2020 masih US$13,12 per bushels untuk kontrak penyediaan Januari 2021.

Tapi, sekarang harga kedelai telah naik lagi sebesar 4,42 persen menjadi US$13,7 per bushels.

Kenaikan itu membuat harga kedelai impor di tingkat perajin tahu dan tempe yang secara umum masih berada di kisaran Rp9.100 sampai dengan Rp9.200 per kilogram berpotensi naik jadi Rp9.500 per kilogram.

Kalau perkiraan itu benar terjadi, ia menyebut harga tahu yang sebelumnya Rp600 per potong akan naik menjadi Rp650 per potong.

Sementara itu untuk tempe, harganya bisa naik dari Rp15 ribu menjadi Rp16 ribu per kilogram.

"Penyesuaian harga tahu dan tempe merupakan hal yang tak bisa dihindari sebab mayoritas kebutuhan kedelai masih dipenuhi dari impor dan dipengaruhi pergerakan harga kedelai dunia yang berdampak pada harga bahan baku kedelai untuk tahu dan tempe di Indonesia," katanya seperti dikutip dari website Kementerian Perdagangan.

[Gambas:Video CNN]



(ulf/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER