Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut ekonomi Sulawesi serta Maluku dan Papua berhasil tumbuh positif pada tahun lalu, di tengah realisasi pertumbuhan ekonomi nasional yang minus 2,07 persen.
Kepala BPS Suhariyanto memaparkan ekonomi Sulawesi tumbuh 0,23 persen pada tahun lalu. Sementara, Maluku dan Papua mencatatkan pertumbuhan ekonomi 1,44 persen.
Realisasi itu terjadi ketika wilayah lainnya mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang negatif. Lihat saja, ekonomi Sumatera minus 1,19 persen, Jawa minus 2,51 persen, Kalimantan minus 2,27 persen, serta Bali dan Nusa Tenggara minus 5,01 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Suhariyanto, ekonomi Sulawesi bisa selamat pada 2020 karena masih ada pertumbuhan positif di Sulawesi Tengah sebesar 4,86 persen. Hal ini terjadi karena ada kenaikan produksi nikel.
"Jadi Sulawesi Tengah yang membuat pertumbuhan ekonomi Sulawesi positif, ada kenaikan produksi nikel," ucap Suhariyanto dalam konferensi pers, Jumat (5/2).
Sementara, wilayah Maluku dan Papua tercatat tumbuh lantaran masih ada dua provinsi yang positif sepanjang tahun lalu. Dua wilayah itu adalah Maluku Utara sebesar 4,29 persen dan Papua sebesar 3,23 persen.
"Papua ada kenaikan produksi tembaga," jelas Suhariyanto.
Secara keseluruhan, ekonomi Indonesia terkontraksi dikarenakan mayoritas komponen berdasarkan pengeluaran dan lapangan usaha tercatat minus.
Khusus untuk komponen berdasarkan pengeluaran, konsumsi rumah tangga tercatat minus 2,63 persen, konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) minus 4,29 persen, investasi minus 4,95 persen, ekspor minus 7,7 persen, impor minus 14,71 persen, sedangkan pengeluaran pemerintah tumbuh 1,94 persen.
Dari sisi lapangan usaha, terdapat 10 sektor yang terkontraksi. Detailnya, industri pengolahan minus 2,93 persen, perdagangan minus 3,72 persen, konstruksi minus 3,26 persen, pertambangan dan penggalian minus 1,95 persen, serta transportasi dan pergudangan minus 15,04 persen.
Lalu, administrasi pemerintahan minus 0,03 persen, akomodasi dan makan minum minus 10,22 persen, jasa lainnya minus 4,1 persen, jasa perusahaan minus 5,44 persen, serta pengadaan listrik dan gas minus 2,34 persen.
Sementara, tujuh sektor lainnya berhasil tumbuh positif. Sektor tersebut adalah pengadaan air yang naik 4,94 persen, jasa kesehatan dan kegiatan sosial naik 11,6 persen, properti dan real estate naik 2,32 persen, dan jasa pendidikan naik 2,63 persen.
Kemudian, informasi dan komunikasi naik 10,58 persen, jasa keuangan dan asuransi naik 3,25 persen, serta pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 1,75 persen.