Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso memaparkan tantangan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Salah satunya, pangsa pasar (market share) industri jasa keuangan syariah yang masih relatif kecil, yakni sebesar 9,9 persen.
"Berdasarkan pengalaman berapa puluh tahun sejak pengembangannya di tahun 2000-an ternyata sulit untuk mencapai cita-cita 20 persen market share syariah," ucap Wimboh dalam webinar bertajuk Peluang dan Tantangan Perbankan Syariah Pasca Merger Bank Syariah BUMN, Rabu (10/2).
Menurut Wimboh, rendahnya market share tersebut terjadi karena ekosistem yang belum terbangun dengan baik. Dalam hal ini, kebutuhan masyarakat terhadap produk syariah dengan kemampuan lembaga keuangan syariah tidak sebanding.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini terlihat dari permodalan bank syariah yang masih terbatas. Ia memaparkan 6 dari 14 bank syariah memiliki modal inti kurang dari Rp2 triliun per Desember 2020.
Di samping itu, literasi keuangan syariah juga sangat rendah dibandingkan konvensional. Literasi keuangan syariah, kata Wimboh, tercatat masih di angka 8,93 persen atau jauh di bawah konvensional yang 38,03 persen.
Belum lagi, inklusi keuangan syariah di Indonesia juga masih di angka 9,1 persen atau jauh tertinggal dari konvensional yang mencapai 76,19 persen.
"Ini juga masih terus berkembang, yang konvensional berkembang, sehingga percepatan perkembangan syariah jauh tertinggal dengan perkembangan konvensional," tuturnya.
Tantangan selanjutnya adalah terbatasnya kemampuan untuk mendidik dan merekrut sumber daya manusia yang mumpuni di bidang keuangan syariah. Sehingga, competitiveness produk dan layanan keuangan syariah jauh tertinggal dibandingkan konvensional.
"Pengembangan dan riset juga masih jauh tertinggal. Ini semua yang membuat kita harus bisa menyusun satu produk yang kualitasnya bagus, harganya murah, produknya bervariasi dan mudah diakses. Dan juga produk itu bisa memenuhi keinginan masyarakat," jelasnya
Wimboh optimistis jika berbagai tantangan tersebut bisa diatasi target market share ekonomi dan keuangan syariah bisa tercapai. "Untuk itu kami mendorong, kita mempunyai skala lembaga keuangan syariah yang kompetitif. Karena itu menurut saya lahirnya Bank Syariah Indonesia menjadi tepat untuk saat ini," tandasnya.