Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat daya beli buruh bangunan, buruh potong rambut, dan asisten rumah tangga menurun pada Januari 2021. Daya beli tertekan kenaikan harga kebutuhan sehari-hari alias inflasi di kawasan perkotaan.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan hal ini tercermin dari rendahnya indeks upah riil para buruh. Buruh bangunan misalnya, upah riilnya turun 0,16 persen dari Rp85.931 menjadi Rp85.793 per hari.
"Upah buruh bangunan secara nominal sebenarnya mengalami peningkatan 0,1 persen menjadi Rp90.907 per hari, tapi karena pada Januari lalu terjadi inflasi sebesar 0,26 persen, maka upah riil buruh bangunan turun 0,16 persen," papar Suhariyanto saat konferensi pers virtual, Senin (15/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitu dengan buruh potong rambut wanita. Tercatat, upah nominalnya naik 0,14 persen dari Rp28.733 menjadi Rp28.774 per kepala. Tapi karena inflasi meningkat, maka upah riil mereka atau daya belinya justru turun 0,12 persen dari Rp27.188 menjadi Rp27.155 per hari.
Sementara daya beli asisten rumah tangga turun 0,13 persen dari Rp397.396 menjadi Rp396.880 per bulan pada Januari 2021. Kondisi ini terjadi karena upah nominal hanya naik 0,13 persen dari Rp419.990 menjadi Rp420.536 per bulan.
Berbeda dari buruh bangunan, potong rambut, dan asisten rumah tangga, daya beli buruh tani justru meningkat tipis 0,01 persen dari Rp52.331 menjadi Rp52.338 per hari. Hal ini terjadi karena upah nominal naik tinggi mencapai 0,46 persen dari Rp55.921 menjadi Rp56.176 per hari.
"Upah buruh tani meningkat 0,46 persen dengan inflasi pedesaan sebesar 0,45 persen. Tapi kenaikannya bisa dibilang flat karena hanya 0,01 persen," pungkasnya.