PT Pertamina (Persero) berencana membangun sistem penyimpanan energi atau energy storage system (ESS) di Indonesia. Manajemen melihat ESS akan memiliki pasar cukup besar di dalam negeri.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan ESS akan berguna untuk menjaga keandalan pasokan dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Untuk itu, Pertamina akan membidik bisnis tersebut.
"ESS ini pasar yang besar. Sehingga di masa depan, Pertamina pun akan masuk ke sana," ucap Nicke dalam keterangan resmi, dikutip Senin (15/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nicke menyatakan Pertamina telah membangun PLTS di Kilang Badak dengan kapasitas 4 MW. Lalu, saat ini Pertamina sedang membangun PLTS di beberapa area kilan, seperti Dumai, Cilacap, dan Sei Mangkei.
"Upaya ini akan terus berlanjut ke tahun-tahun berikutnya dengan target seluruh SPBU dan fasilitas operasional Pertamina lainnya di seluruh Indonesia," terang Nicke.
Sementara, Nicke menyatakan pihaknya juga akan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik (electrical vehicle/EV) di Indonesia bersama perusahaan pelat merah lainnya yang tergabung dalam Indonesia Battery Holding (IBH).
Nicke mengungkapkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan melakukan tujuh tahapan dalam membangun industri baterai di Indonesia. Tahapan itu terdiri dari pertambangan, pemurnian, pabrik prekursor, pabrik katoda, sel baterai, kemasan baterai, dan daur ulang.
Untuk tahun ini, Nicke menyatakan Pertamina bersama tiga BUMN lainnya akan membentuk perusahaan patungan (joint venture/JV) Indonesia Battery Corporation (IBC). Selain itu, Pertamina juga bekerja sama dengan dua perusahaan global dan sedang menjajaki kerja sama dengan perusahaan lainnya di sektor baterai untuk kendaraan listrik.
"Pengembangan industri baterai yang potensi besar di Indonesia itu ada dua, yakni untuk mobility, khususnya two wheels atau motor yang potensinya lebih cepat dibandingkan four wheels," jelas Nicke.
(aud/agt)