Bank sentral Eropa, The European Central Bank (ECB) tak ingin negara-negara di kawasan Uni Eropa menarik bantuan untuk masyarakat dalam waktu yang cepat ketika ekonomi mulai pulih dari tekanan pandemi virus corona.
Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan kebijakan ini perlu diterapkan agar pemerintah masing-masing negara benua biru tidak menarik bantuan seperti jaminan pekerjaan dan tunjangan pendapatan secara tiba-tiba dan sekaligus, tapi perlu bertahap.
"Itulah momen yang menurut saya paling sulit, paling halus, dan di mana penilaian harus diterapkan," ungkap Lagarde seperti dilansir dari CNN Business, Jumat (19/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Syarat Bank Beri Kredit Mobil DP 0 Persen |
Selama stimulus untuk bantuan ke masyarakat masih perlu diberikan, menurutnya, negara Eropa boleh saja tetap menarik pinjaman utang dari ECB.
Sebelumnya, ECB telah mengeluarkan stimulus pemulihan ekonomi akibat pandemi senilai 1,8 triliun euro Eropa atau setara US$2,2 triliun. Dalam rupiah, jumlahnya mencapai Rp30.800 triliun (kurs Rp14 ribu per dolar AS).
Pinjaman utang diberikan dalam jangka panjang. ECB memberikan stimulus untuk membantu negara-negara di kawasannya.
ECB memperkirakan ekonomi Eropa akan tumbuh 3,9 persen pada 2021 dan mencapai kondisi normal sebelum pandemi pada 2022. Namun, realisasi pertumbuhan ekonomi ini sangat bergantung pada kelangsungan program vaksinasi covid-19.
"Ini (vaksinasi) akan memakan waktu lama sampai kita memiliki herd immunity," ucapnya.
Selain bergantung pada vaksinasi, laju ekonomi benua biru juga bergantung pada pelaksanaan program bantuan fiskal dari masing-masing pemerintah.