Sementara itu, Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi mengatakan selama ini pengusaha telah mengeluh dengan daftar panjang bidang usaha tertutup di Indonesia. Hal itu kerap menjadi penghalang investasi masuk ke Indonesia.
"Kebijakan baru ini mengakomodasi keluhan mereka, keluhan pengusaha," ucapnya.
Fithra berpendapat kebijakan ini akan memberikan sinyal positif untuk investor. Sementara, negara juga butuh banyak investasi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi agar kembali ke zona positif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:716 Ribu Pemberi Pinjol Bakal Kena Pajak |
"Investasi ini kebutuhan besar untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, apalagi pasca covid-19. Saya rasa ini sangat baik ke depannya," tutur Fithra.
Menurut dia, investasi di sektor minuman keras akan banyak dilirik investor khususnya asing. Pengembangan bisnis ini juga akan berpengaruh positif untuk sektor pariwisata ke depannya.
"Tapi hati-hati karena ini negara mayoritas Muslim, jadi mungkin khusus daerah-daerah tertentu yang wisatawannya banyak. Fokus ke situ. Ini penting untuk pengembangan pariwisata," jelas Fithra.
Ia optimistis target investasi sebesar Rp900 triliun tahun ini bisa tercapai. Hal ini khususnya dari investor asing.
Pendorongnya bukan cuma dari pemangkasan sektor di daftar bidang usaha yang tertutup, tapi juga beberapa faktor lainnya. Salah satunya pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang ada di dalam UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
"Ada banyak faktor, itu cuma satu faktor. Ada pengembangan sumber daya manusia, omnibus law, saling berkaitan, tidak bisa berdiri sendiri," kata Fithra.
Sebagai informasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi mencapai Rp826,3 triliun sepanjang 2020. Realisasi itu mencapai 101,1 persen dari target investasi tahun ini yang sebesar Rp817,2 triliun.
Jika dirinci, investasi itu terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp413,5 triliun atau 50,1 persen dari total investasi. Realisasi itu naik 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp386,5 triliun.
Selanjutnya, PMA tercatat sebesar Rp412,8 triliun atau 49,9 persen dari total investasi. Realisasi PMA justru turun 2,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp423,1 persen.
Pemerintah menargetkan investasi tembus Rp4.983,2 triliun sepanjang 2020-2024. Angka ini naik 47,3 persen dibanding realisasi investasi periode lima tahun sebelumnya, 2015-2019, yang sebesar Rp3.381,9 triliun.