Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini mengungkap kesulitan perusahaannya untuk mencapai target elektrifikasi 100 persen. Hingga saat ini, kata dia, rasio elektrifikasi yang bisa dicapai PLN stagnan di angka 99 persen.
Untuk memenuhi 1 persen terakhir itu dibutuhkan upaya yang sangat besar.
"Sudah pasti yang 1 persen itu di tempat paling sulit, di tempat yang secara geografis itu mungkin sangat sulit dicapai," ujarnya dalam Kompas Talks Bersama PLN, Kamis (4/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain medan yang sulit ditembus, kendala lainnya juga berasal dari kondisi wilayah yang belum kondusif dari sisi keamanan. Di samping itu, ketiadaan energi primer di daerah-daerah yang belum teraliri listrik tersebut juga membuat tingkat kesulitan bertambah.
"Kemudian juga dari sisi energi primer nya pun sulit untuk disediakan. Jadi secara sangat simpel bahwa perjuangan untuk 1 persen terakhir ini sudah pasti perjuangan yang membutuhkan daya juang yang sangat besar," imbuhnya.
Meski demikian Zulkifli optimistis dalam beberapa tahun ke depan PLN dapat memenuhi target rasio elektrifikasi 100 persen. Sebab menurutnya, saat ini PLN dipenuhi oleh sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas.
"Jadi daya walaupun tahu tantangan untuk melistriki 100 persen itu luar biasa, tapi bersama teman-teman PLN insyaallah berapa waktu ke depan akan menghubungkan itu semua dan melaporkan kepada Bapak Presiden. Bapak Presiden kami rasio elektrifikasinya sudah 100 persen," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Peneliti Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Deendarlianto program kelistrikan yang dijalankan PLN akan membawa multiplier effect yang besar terhadap perekonomian.
Salah satunya, dalam strategi percepatan energi baru dan terbarukan (EBT) dengan optimalisasi bioenergi melalui PLTU Cofiring Indonesia.
Berdasarkan kajian Pusat Studi Energi UGM, 52 PLTU Cofiring yang tersebar di 26 provinsi di Indonesia akan memberikan multiplier effect per tahun sebesar Rp 1.429 triliun.
"Artinya dengan memanfaatkan sisa-sisa limbah hutan tanaman energi dan melibatkan BUMDes, nilai tambah yang bisa kita dapatkan dari program ini sebesar Rp1.429 triliun per tahun," ucapnya .
Kemudian di tahun 2025, sektor kelistrikan yang dikomandani PLN juga diprediksi dapat memberikan nilai tambah cukup besar ke beberapa sektor lain.
Beberapa di antaranya Rp4,65 triliun ke sektor perdagangan, Rp4,04 triliun ke sektor industri motor listrik, Rp 3,5 triliun ke sektor lembaga keuangan, Rp 1,3 triliun ke sektor angkutan darat, Rp331 miliar ke industri alat angkutan dan Rp131 miliar ke sektor industri badan kayu, rotan dan bambu.
"Secara ekonomi, teman-teman peneliti di UGM sudah melalui simulasi dengan menggunakan model inter regional input output. PLN akan memberikan nilai tambah yang cukup besar," pungkasnya.
(hrf/agt)