Selain kemampuan mencicil, calon pembeli harus mempertimbangkan matang-matang mana yang lebih dibutuhkan antara rumah dan mobil. Memang, kata Andy, rumah kerap jadi pilihan utama karena harganya selalu naik dari tahun ke tahun.
Namun, yang perlu dicermati adalah biaya tambahan yang akan muncul setelah seseorang memutuskan untuk membeli rumah. Ia mencontohkan, misalnya, biaya untuk transportasi ke kantor jika ternyata rumah yang sesuai dengan kantong lokasinya berada di kota-kota satelit Jakarta dan jauh dari kantor.
"Ada enggak rumahnya sekarang. Oh, ada ternyata yang sesuai kemampuan di kota satelit seperti Bogor, Depok, Bekasi. Harus dipikirkan lagi kalau saya ambil di sana apakah jadi kerjaan lagi enggak sih? Apakah biaya transportasi akan naik? Istilahnya jadi cape di jalan enggak sih," imbuh Andy.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:3 Bisnis Bawa Cuan di Tahun Kerbau Logam |
Jika secara hitung-hitungan ternyata pengeluaran menjadi lebih besar dari perkiraan, Andy menyarankan pembelian rumah ditunda dan uangnya diinvestasikan terlebih dahulu sampai mendapatkan lokasi yang cocok.
Kemudian, jika memilih membeli mobil, harus diperkirakan apakah nantinya mobil tersebut bisa menjadi barang produktif atau tidak. Maksudnya, mobil tersebut harus bisa menunjang berbagai kebutuhan pembeli di luar kebutuhan rekreatif.
Dengan demikian keputusan untuk membeli mobil sebagai aset yang nilainya bisa turun tak sia-sia, bahkan lebih baik ketimbang membeli rumah terlebih dahulu.
"Karena mungkin mobil ini bisa kita manfaatkan untuk kebutuhan misalnya ke kantor. Buat tambahan penghasilan. Saya mau jadi driver taksi online misalnya, atau saya punya bisnis kecil-kecilan toko online yang saya harus drop ke kurir pengiriman, nah mobil ini bisa saya manfaatkan selain mengangkut keluarga saya," terangnya.
Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Asad menyarankan untuk memilih rumah ketimbang mobil jika tujuannya untuk investasi. Sebab, meski biaya pemeliharaannya tinggi, harga rumah terus meningkat dari tahun ke tahunnya.
"Mobil kalau hanya untuk dipakai sehari hari bukan sarana investasi, karena harganya yang turun terus," ucapnya.
Mobil, menurut Tejasari, bisa jadi sarana investasi apabila digunakan untuk bisnis seperti disewakan atau diusahakan seperti untuk GrabCar atau GoCar.
Lihat juga:Menimbang Untung Rugi Investasi Saham |
"Apabila rumah dikontrakkan dibandingkan dengan nilai sewa mobil, umumnya uang sewa mobil hasilnya lebih tinggi secara prosentase harga. Tapi tergantung cara kita menyewakannya," imbuhnya.
Sementara Perencana Keuangan Financia Consulting Eko Endarto menyarankan jika ingin digunakan untuk investasi, mobil atau rumah sebaiknya dibeli secara cash. Kalau pun ingin menggunakan fasilitas kredit, disarankan agar porsi cicilan tidak lebih dari 40 persen pendapatan bulanan.
"Ketika sekarang sudah 40 persen sebaiknya jangan ditambah lagi. Karena utang sebaiknya jangan spekulasi. Berbahaya. Kalau kebutuhan menambah aset sebaiknya rumah. Karena properti atau rumah tadi bisa untuk jangka panjang. Otomatis angsurannya lebih rendah dibandingkan mobil," pungkasnya.