DPR Amerika Serikat (AS) akhirnya menyetujui paket stimulus senilai US$1,9 triliun yang diajukan Presiden Joe Biden pada Rabu (10/3) waktu setempat.
Stimulus ekonomi terbesar dalam sejarah AS ini mengantarkan Biden pada keberhasilan pertamanya setelah dilantik menjadi presiden AS pada Januari lalu.
Melansir Reuters, US$400 miliar dari stimulus tersebut akan digunakan untuk memberikan bantuan langsung tunai senilai US$1.400 kepada masyarakat AS demi menghadapi tekanan ekonomi akibat virus corona.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, US$350 miliar lainnya akan digunakan untuk memberikan paket bantuan kepada negara bagian dan pemerintah daerah di AS.
Stimulus akan digunakan untuk perluasan kredit pajak anak dan peningkatan pendanaan untuk distribusi vaksin. Bantuan ini diproyeksikan bakal meningkatkan pemulihan ekonomi AS.
"Bantuan sudah tiba," cuit Biden setelah hasil pemilihan disepakati.
Gedung Putih merencanakan penandatanganan stimulus dilakukan pada Jumat (12/3). Stimulus dimenangkan dengan jumlah voting 220 melawan 211 suara setelah melewati diskusi alot sejak beberapa pekan terakhir.
Partai Demokrat menyebut respons pemerintah terhadap pandemi melalui gelontoran stimulus merupakan langkah kritis yang harus segera diambil mengingat covid-19 telah membunuh lebih dari 528 ribu orang AS dan membuat jutaan lainnya menganggur.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan dalam sebuah pernyataan pengesahan Undang-undang itu adalah hari penting bagi ekonomi AS dan akan mempercepat pemulihannya.
Sementara, Partai Republik mengatakan stimulus terlalu mahal dan dikemas dengan prioritas progresif yang boros. Mereka menilai stimulus jumbo adalah sebuah kesalahan karena fase terburuk dari krisis telah berlalu dan ekonomi sedang menuju rebound.
"Itu adalah rencana yang salah pada waktu yang salah karena begitu banyak alasan yang salah," kata Perwakilan Republik Jason Smith, dikutip Kamis (11/3).