Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi masih minus 1 persen hingga minus 0,1 persen pada kuartal I 2021. Kondisi ini berbanding terbalik dengan realisasi kuartal I 2020 yang masih positif 2,07 persen.
"(Proyeksi ekonomi kuartal I) Kemenkeu masih di minus 1 persen sampai minus 0,1 persen. Kami harap bisa positif meski sekarang masih di negatif," ujar Ani, sapaan akrabnya, dalam konferensi pers virtual APBN Kita, Selasa (23/3).
Sepanjang tahun ini, laju ekonomi RI diperkirakan membaik dari tahun lalu di kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen. Proyeksi ini sama dengan yang ia sampaikan bulan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proyeksi Kemenkeu tak berbeda jauh dengan ramalan sejumlah lembaga internasional seperti OECD 4,9 persen, IMF 4,8 persen, dan Bank Dunia 4,4 persen.
"(Pemulihan ekonomi) sesuatu yang perlu dijaga, sementara kita tetap menjadi dinamika global yang bisa memunculkan revisi," ujarnya.
Menurut Sri Mulyani, Indonesia sudah menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi. Misalnya, dalam hal aktivitas belanja ritel dan investasi yang tercermin dari peningkatan konsumsi semen, besi dan baja, dan PMTB mesin.
Kondisi itu seiring dengan penurunan jumlah kasus harian covid-19. Dengan vaksinasi, ia optimistis laju ekonomi kuartal II akan semakin kencang.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Nathan Kacaribu menambahkan laju ekonomi kuartal II 2021 akan menguat secara signifikan. Pasalnya, basis pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 lalu rendah, minus 5,32 persen.
"Dalam hitungan kami terakhir ini (pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021) bisa sampai di atas 7 persen secara year on year," kata Febrio.