Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai dampak disrupsi ekonomi dan kesehatan dari pandemi virus corona pada tahun ini. Sebab, pandemi diproyeksikan masih akan menimbulkan disrupsi pada 2021-2022, yang semula diharapkan sudah menjadi tahun pemulihan.
Ani, sapaan akrabnya mengatakan proyeksi ini muncul dari perkembangan terkini covid-19 di dunia. Saat ini, muncul varian baru di beberapa negara dan telah menyebar, sehingga memunculkan kekhawatiran pandemi berkepanjangan.
"Artinya daya dukung harus disiapkan dalam jangka relatif panjang. Artinya, di 2021-2022 kita harus tetap menyiapkan kemungkinan bahwa pandemi masih akan timbulkan disrupsi dan bahkan menyebabkan korban jiwa bagi mereka yang terjangkit," ujar Ani di acara Sinergi Memulihkan Negeri, Senin (5/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan cuma varian baru, varian lama pun masih terus berkembang saat ini. Bendahara negara meminta Indonesia turut mewaspadai dan belanja dari pengalaman India.
Negeri Bollywood itu tengah menghadapi pertambahan jumlah kasus harian yang tiba-tiba meningkat tinggi. Padahal, India tengah menggalakkan vaksinasi.
Mitra dagang Indonesia itu juga dikenal sebagai produsen vaksin. Tapi, tantangan peningkatan kasus tetap muncul di sana.
"India, produsen vaksin covid-19 terbesar di dunia, tapi mereka menghadapi kondisi kenaikan kasus covid-19 yang luar biasa. Pagi ini, Filipina juga hadapi situasi meningkatnya covid-19. Di Eropa juga, maka mereka lakukan lockdown, kecuali Inggris yang sudah lakukan vaksinasi mencapai lebih dari 40 persen (dari target)," jelasnya.
Selain di dunia, menurut Ani, covid-19 masih menjadi tantangan di dalam negeri. Memang, jumlah kasus harian di tanah air sudah menurun, tapi Indonesia tidak boleh terlena.
"Saya memberikan gambaran agar kita tidak terlena, covid-19 suatu tantangan yang tidak memiliki timeline, ketahanan kita harus terus menerus dijaga, namun tidak boleh putus asa untuk terus memperbaiki kondisi sosial-ekonomi. Ini tugas yang luar biasa," tandasnya.