Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan industri makanan dan minuman (mamin) rata-rata tumbuh 8,16 persen selama 2015 hingga 2019. Artinya, kinerja industri mamin cukup stabil dalam empat tahun berturut-turut.
Agus mengatakan kinerja industri mamin selalu di atas rata-rata industri. Terbukti, industri mamin masih tumbuh meski merosot menjadi 1,58 persen pada 2020 ketika rata-rata industri nonmigas tumbuh negatif 2,5 persen.
"Sepanjang 2020 tentu kontraksi akibat pandemi, pertumbuhan industri secara umum nonmigas negatif tapi industri mamin tetap di atas rata-rata," ungkap Agus dalam acara Peletakan Batu Pertama Fasilitas Daur Ulang Botol Plastik, Senin (5/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, Agus menyatakan industri mamin juga berkontribusi cukup besar terhadap ekspor non migas sepanjang 2020. Tercatat, total ekspor industri mamin mencapai US$31 miliar.
"Itu 23,8 persen dari ekspor industri manufaktur di Indonesia yang sebesar US$131,1 miliar," kata Agus.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa mamin menjadi sektor yang paling membutuhkan plastik sebagai bahan baku kemasannya. Sebagai pengguna, Agus meminta kepada pengusaha mamin untuk ikut berupaya dalam mengelola sampah plastik.
"Pengelolaan sampah plastik juga harus menjadi tanggung jawab bersama, pusat, daerah, industri pengguna plastik, serta makanan pengguna makanan minuman plastik," ucap Agus.
Secara keseluruhan, Kementerian Perindustrian mencatat total kebutuhan bahan baku plastik nasional sebanyak 7,2 juta ton per tahun. Hanya saja, industri dalam negeri baru bisa menyediakan bahan baku berupa virgin plastic sebanyak 2,3 juta ton.
"Kebutuhan industri bahan baku daur ulang nasional berkisar 2 juta ton dengan pasokan yang didapat di dalam negeri baru 913 ribu dan sisanya impor," pungkas Agus.