Survei internal Manajemen Pelaksana (PMO) Kartu Prakerja mengungkapkan mayoritas insentif yang diterima peserta digunakan untuk membeli bahan pangan. Jumlahnya mencapai 95 persen dari total insentif yang diterima sebesar Rp2,4 juta per orang.
"Jadi insentif ini yang penting adalah menopang daya beli dan bisa memutar ekonomi setempat. Misalnya bahan pangan, beli beras, telur, dan lain-lain ini kan ada multiplier effect ke ekonomi setempat," ujar Direktur Eksekutif PMO Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari, dalam dialog bertajuk Prakerja Sudah Sampai Mana?, Kamis (22/4).
Selain membeli keperluan pangan, penggunaan terbesar lainnya adalah untuk membayar listrik dan air sebanyak 74 persen. Lainnya, insentif tersebut digunakan untuk membeli bensin dan solar, pulsa atau paket internet, dan kebutuhan transportasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, setiap peserta Kartu Prakerja mendapatkan insentif sebesar sebesar Rp3,55 juta. Insentif itu terdiri dari biaya pelatihan sebesar Rp1 juta, insentif pasca pelatihan Rp600 ribu per bulan selama empat bulan atau total Rp2,4 juta, dan insentif survei sebesar Rp50 ribu untuk 3 kali survei atau Rp150 ribu.
Tak hanya keperluan konsumtif, sejumlah peserta menggunakan 70 persen insentif yang diterima untuk modal usaha. Fakta lain andil Kartu Prakerja pada sektor mandiri adalah, 17 persen penerima Kartu Prakerja yang tadinya pengangguran telah menjadi wirausahawan.
"Jadi, Kartu Prakerja juga secara tidak langsung mendorong wirausahawan," tuturnya.
Selain mendorong sektor mandiri, ia menuturkan program Kartu Prakerja juga berhasil meningkatkan kompetensi kerja. Survei PMO mengungkapkan 89 persen peserta mengakui keterampilan kerjanya meningkat usai mengikuti pelatihan. Selain itu, pengetahuan dan soft skill peserta juga bertambah usai mengikuti pelatihan.