PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp5,91 triliun sepanjang kuartal I 2020. Angka ini turun 25,24 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy) yaitu Rp7,91 triliun.
"Secara konsolidasi Bank Mandiri membukukan laba bersih sebesar Rp5,91 triliun," ujar Direktur Keuangan dan Strategi Sigit Prastowo dalam paparan Kinerja Keuangan Bank Mandiri Kuartal I 2021, Selasa (27/4).
Penurunan laba disebabkan oleh kenaikan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 55,42 persen (yoy) dari Rp3,47 triliun menjadi Rp5,4 triliun pada Maret 2021. Selain itu, perseroan mengalami penurunan pada fee based income sebesar 1,62 persen dari Rp7,73 triliun menjadi Rp7,61 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menuturkan penurunan fee based income disebabkan karena perseroan belum membukukan pendapatan dari dividen anak usaha sebesar kurang lebih Rp700 miliar. Nantinya, dividen ini akan dicatatkan pada kuartal II 2021.
Selain itu, perseroan mengalami penurunan keuntungan dari transaksi forex (forex gain) sebesar kurang lebih Rp1 triliun
"Sebagaimana kita tahu pada Maret 2021 terjadi volatilitas kurs besar sampai Rp16.300 per dolar AS," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menuturkan perseroan mengambil langkah konservatif dalam pencadangan. Imbasnya, CKPN pun naik mencapai 55,42 persen (yoy).
"Bank Mandiri terus menjaga kualitas aset dan membentuk cadangan yang konservatif," tuturnya.
Sementara itu, biaya operasional Bank Mandiri naik sebesar persen 14,55 persen dari Rp10,02 triliun menjadi Rp11,48 triliun. Kenaikan biaya operasional ini dipicu oleh biaya penggabungan (merger) PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk.
Meski labanya turun, namun pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) tercatat naik 12,55 persen dari Rp15,53 triliun menjadi Rp17,48 triliun. Serupa, penyaluran kredit Bank Mandiri secara konsolidasi naik 9,10 persen (yoy) dari Rp902,7 triliun menjadi Rp984,9 triliun.
Detailnya, penyaluran kredit wholesale tumbuh 0,18 persen dari Rp513 triliun menjadi Rp513,9 triliun dan kredit anak usaha naik pesat 76,62 persen dari Rp116,6 triliun menjadi Rp205,9 triliun. Namun, kredit ritel terpantau lesu yakni minus 2,97 persen dari Rp273,1 triliun menjadi Rp265 triliun.
"Kredit Bank Mandiri kami informasikan secara konsolidasi tumbuh 9,1 persen yoy yang salah satunya ditopang adanya merger BSI," kata Darmawan.
Sementara itu, kredit macet (non performing loan) secara gross di level 3,15 persen, bertambah tipis 0,06 persen dari sebelumnya 2,36 persen.
Lebih lanjut, perseroan membukukan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp1.181 triliun. Angka DPK itu naik 25,49 persen dari sebelumnya Rp941,3 triliun.
Rinciannya, tabungan naik 10,69 persen menjadi Rp339 triliun, giro tumbuh 41,37 persen menjadi Rp335,9 triliun, dan kontribusi perusahaan anak tumbuh pesat 92,35 persen menjadi Rp233,5 triliun.
Namun, deposito tercatat turun 1,36 persen menjadi Rp272,9 triliun. Atas kinerja tersebut, aset Bank Mandiri tumbuh 10,83 persen (yoy) dari Rp1.320 triliun menjadi Rp1.584 triliun.
Secara total, Bank Mandiri telah memberikan persetujuan restrukturisasi kredit sebesar Rp124,2 triliun kepada 547.792 debitur. Namun, total baki debet telah berkurang menjadi Rp94,5 triliun, karena sejumlah debitur telah memenuhi kewajibannya.
"Terjadi penurunan baki debet karena ada pembayaran dan lain-lain, sehingga di akhir Maret 2021 posisi baki debet dari restrukturisasi debitur yang terdampak pandemi tinggal sebesar Rp94,5 triliun," ujar Sigit.
Rinciannya, persetujuan restrukturisasi kepada UMKM sebesar Rp33,9 triliun kepada 336.803 debitur. Baki debetnya senilai Rp33,5 triliun. Lalu, persetujuan restrukturisasi kepada non UMKM sebesar Rp90,3 triliun kepada 210.989 debitur dengan baki debet Rp61 triliun.
Dari jumlah debitur restrukturisasi itu, ia menuturkan sebesar 11 persen merupakan debitur high risk (risiko tinggi). Itu berarti, mereka berpotensi turun kualitas kreditnya sehingga masuk kategori kredit macet (NPL). Karenanya, ia menuturkan perseroan mempersiapkan sejumlah langkah mitigasi.
"Sebagai antisipasi penurunan kualitas kredit dan peningkatan CKPN setelah masa relaksasi selesai, kami juga telah cadangkan CKPN yang lebih tinggi dari yang disyaratkan oleh regulator. Pada Maret, kami alokasikan CKPN sebesar 10 persen dari total baki debet portofolio restrukturisasi kredit selama pandemi," jelasnya.
Ia memperkirakan sebanyak 30 persen-40 persen dari portofolio restrukturisasi membutuhkan perpanjangan pelonggaran kredit. Pada umumnya, kata dia, mereka berasal dari sektor yang masih belum pulih yakni pariwisata, hotel, transportasi, konstruksi, dan properti.
Dalam kesempatan itu, ia menuturkan perseroan juga telah menurunkan suku bunga dasar kredit (SBDK) mengikuti penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) serta mengikuti anjuran pemerintah.
"SBDK yang kami lihat akhir tahun lalu sampai Maret kami sudah turunkan kisaran 25-250 basis poin," tuturnya.
Penurunan bunga kredit itu, lanjutnya, terjadi pada semua segmen. Misalnya, suku bunga kredit korporasi turun 180 bps sampai dengan Maret 2021 dan segmen ritel berkurang sebesar 160 bps. Hal serupa untuk kredit pemilikan rumah (KPR) dan non KPR.
Namun demikian, ia memastikan penurunan suku bunga kredit tersebut tidak akan mempengaruhi cost of fund atau biaya dana. Pada Maret 2021, cost of fund perseroan turun menjadi 1,8 persen dari sebelumnya 2,53 persen di akhir 2020.
"Ke depan kami akan jaga cost of fund ini di level 1,8 persen atau di bawah itu, dan kami yakin kondisi likuiditas yang ada akan bisa mendorong terus untuk penurunan cost of fund di level yang lebih rendah dari Maret ini," jelasnya.
Dengan demikian, Net Interest Margin (NIM) perseroan ditargetkan bisa terjaga di level 4,8 persen sampai dengan 5,1 persen. Pada Maret 2021, NIM perseroan tercatat turun 0,30 persen dari 5,4 persen menjadi 5,1 persen.
"NIM ini secara konsolidasi kami berikan guidance antara 4,8 persen sampai 5,1 persen, dan kami punya keyakinan angka 5,1 persen akan bisa kami capai mengingat posisi Maret sudah bisa kami capai di angka tersebut," jelasnya.