Petani-Pedagang Blak-blakan soal Harga Gula RI Mahal

CNN Indonesia
Sabtu, 01 Mei 2021 07:00 WIB
Petani tebu dan pedagang gula mengungkapkan sejumlah alasan gula produksi dalam negeri bisa dua kali lipat lebih mahal dari harga gula internasional.
Petani tebu dan pedagang gula mengungkapkan sejumlah alasan gula produksi dalam negeri bisa dua kali lipat lebih mahal dari harga gula internasional. Ilustrasi. (Hebi65/Pixabay).

Sementara itu, sejak 2016 HPP gula tidak berubah dan mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 42 tahun 2016, ditetapkan sebesar Rp9.100 per kg.

Boro-boro untung, Mitro mengaku petani kerap rugi saat lelang gula karena HPP, menurut dia, lebih rendah dari biaya produksi. Maka dari itu, ia mengusulkan agar HPP gula diubah menjadi Rp14 ribu per kg.

"Jangan memaksa petani menjual murah tapi mari kita sama-sama membuat biaya pokok produksinya murah. Jadi ayolah kita bikin, saya setuju ingin bersaing tapi tolong dicari pangkal masalahnya," beber dia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak ayal, ia membantah penjelasan dari Direktur Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Kementerian Perindustrian Supriadi yang mengklaim mahalnya harga gula dalam negeri ketimbang internasional dikarenakan keberpihakan pemerintah terhadap petani tebu.

Sebelumnya, Supriadi menyebut pemerintah bisa saja menekan harga tebu sehingga konsumen mendapatkan harga gula yang lebih murah. Namun hal tersebut tak baik untuk keberlangsungan industri gula nasional.

"HPP tebu saja itu sudah Rp9.100 per kg. Makannya kita ada HET Rp12.300 per kg untuk melindungi konsumen. Jadi memang karena hal itu dan GKP ga boleh tercampur sama gula kristal rafinasi yang diimpor," katanya dalam webinar bertajuk 'Menjaga Kestabilan Harga Gula Melalui Kebijakan Non-Tarif dan Produktivitas Gula Nasional', Kamis (29/4).

Terpisah, Ketua Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat mengatakan harga gula merupakan mekanisme pasar yang dipengaruhi faktor produksi dan konsumsi.

"Berapa produksi kita, berapa konsumsinya, surplus atau defisit, ini juga berpengaruh pada terbentuknya harga," terangnya.

Selain itu, setiap negara mempunyai strategi masing-masing untuk mengendalikan harga gula. Strategi itu berdasarkan kondisi yang terjadi pada setiap negara, sehingga berbeda-beda.

"Contoh di Brasil pada saat harga bahan bakar tinggi, dia switch produksinya, bukan menjadi gula tetapi menjadi etanol, demikian juga sebaliknya," ujar Budi.



(wel/ulf)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER