Strategi Pemerintah Hadapi 23 Juta Pekerjaan Hilang Pada 2030
Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Bambang Satrio Lelono mengatakan pemerintah tengah menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi hilangnya 23 juta pekerjaan akibat digitalisasi pada 2030 mendatang.
Berdasarkan studi McKinsey and Company pada September 2019, jutaan pekerjaan yang hilang tersebut akan digantikan dengan munculnya jutaan pekerjaan baru.
"Karena ada adopsi, otomatisasi dan kecerdasan buatan dalam proses produksi, lapangan pekerjaan yang tumbuh akan lebih banyak lagi, yaitu antara 27-46 juta pekerjaan. Permasalahannya pekerjaan baru itu membutuhkan tuntutan kompetensi yang baru. Inilah yang harus kita siapkan," ujarnya dalam diskusi yang digelar CORE Indonesia, Senin (3/5).
Beberapa strategi yang telah disiapkan adalah pemanfaatan teknologi digital untuk memperkuat analisis dan pengembangan informasi pasar tenaga kerja.
Dalam hal ini telah dibangun sistem informasi ketenagakerjaan (Sisnaker), yakni ekosistem digital yang akan menjadi platform bagi segala jenis layanan publik dan aktivitas ketenagakerjaan baik di pusat dan daerah.
"Artinya kita bisa memberikan penguatan, bisa meningkatkan akses informasi pasar kerja, layanan ketenagakerjaan kepada seluruh stakeholder yang ada," tuturnya.
Di samping itu, Kemenaker juga tengah mentransformasikan model pelatihan kerja menjadi berbasis digital. Caranya, dengan mengurangi pelatihan tatap muka dan menggabungkannya dengan pelatih online.
"Kami buat satu kebijakan dengan blended training, artinya kita memanfaatkan teknologi digital untuk men-delivery pelajaran yang bersifat teori dan pengenalan praktik, dan melakukan offline untuk praktiknya," jelasnya.
Bambang juga mengatakan pada2030 mendatang kebutuhan digital talent di Indonesia diprediksi mencapai 9 juta orang.
Ini menjadi pekerjaan berat bagi pemerintah untuk menyiapkan tenaga kerja, khususnya usia muda, agar bisa menjadi pemain utama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
"Meskipun kita masih khawatir tahun ini tidak capai 5 persen, saya optimis apabila kita bisa memanfaatkan teknologi digital untuk menjawab tantangan ketenagakerjaan ke depan kita bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 5-6 persen," pungkasnya.