Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengklaim selisih suku bunga perbankan dengan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) semakin mengecil.
Menurutnya hal tersebut terjadi setelah bank sentral mendorong transparansi SBDK perbankan. Sebab sebelumnya, transmisi penurunan suku bunga kredit perbankan amat lambat.
"Perbankan memberikan laporannya SBDK, kemudian BI menyampaikan informasi kepada publik. Ini memberikan sentimen kepada perbankan secara positif untuk kemudian terus menurunkan suku bunga dasar kreditnya," ujarnya dalam webinar 'Menakar Efektivitas Stimulus dalam Mengungkit Perekonomian di Masa Pandemi', Selasa (4/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dody memaparkan saat ini rata-rata selisih bunga kredit bank dengan BI rate hanya di kisaran 4 persen, dari sebelumnya yang bisa mencapai 4,5 persen. Menariknya, hal tersebut terjadi hanya dalam 2 bulan setelah kebijakan transparansi suku bunga diberlakukan.
Suku bunga acuan BI sendiri kini berada di level 3,5 persen setelah kembali melakukan pemangkasan sebesar 2,5 bps pada Februari lalu. "Sudah turun kurang lebih ke kisaran selisihnya hanya sekitar 4 persen saja, 3,9 persen dari sebelumnya di kisaran 4,2-4,5 persen," tuturnya.
Sejak kebijakan transparansi SBDK, beberapa bank memang mulai mentransmisikan penurunan BI rate kepada bunga kreditnya masing-masing.
Bank Mandiri, misalnya, menurunkan SBDK-nya hampir di semua segmen. SBDK korporasi menjadi 8.00 persen, ritel menjadi 8,25 persen, segmen mikro menjadi 11,25 persen, segmen konsumer untuk KPR 7,25 persen dan konsumer non KPR menjadi 8,75 persen.
Lihat juga:OJK Buka Suara soal Jeritan Nasabah KPR |
Kemudian, Bank BCA memangkas tingkat SBDK menjadi single digit, antara lain kredit korporasi 8 persen, ritel 8,25 persen, kredit konsumsi KPR 7,25 persen dan kredit konsumsi non KPR 6,01 persen.
Ada pula Bank BRI yang penurunan SDBK-nya pada seluruh segmen berada pada rentang 150-325 bps. SBDK korporasi menjadi 8 persen, ritel menjadi 8,25 persen, segmen mikro menjadi 14,25 persen, segmen konsumer untuk KPR 7,25 persen dan konsumer non KPR menjadi 8,75 persen.
Tak hanya kredit, suku bunga deposito juga ikut turun dengan kebijakan tersebut. "Tentunya dengan penurunan suku bunga dasar kredit akan memberikan selisih terhadap suku bunga depositonya yang tadinya besar ke kisaran 10 persen, sekarang bertahap turun ke 9 persen," imbuhnya.
Dody berpandangan upaya transparansi tingkat SBDK oleh perbankan juga akan memberikan insentif kepada borrowers, pelaku usaha, maupun korporasi untuk memulai kembali meminjam uang di bank. Dengan demikian, dunia usaha diharapkan bisa segera pulih kembali.
"Suku bunga dasar kredit untuk jenis konsumsi, KPR maupun yang non KPR, serta korporasi sudah menukik di dua bulan terakhir. Artinya ini adalah karena memang dampak daripada kita meminta transparansi SBDK perbankan kepada publik," pungkasnya.